Selasa, 04 Mei 2010

Layanan Kesehatan Sederhana


Saya pensiunan dosen berumur 66 tahun dan mempunyai anak dua orang berusia 38 tahun dan 33 tahun. Saya sering membandingkan pemeliharaan kesehatan yang saya lakukan dulu dengan pemeliharaan kesehatan generasi sekarang.

Dulu pemeliharaan kesehatan mengutamakan cara yang sederhana, makanan yang banyak mengandung sayur, olahraga (atau kerja fisik yang teratur) dan lingkungan yang bersih. Ayah saya petani, meninggal pada umur 88 tahun, Ibu meninggal dalam usia 90 tahun.

Mereka memelihara kesehatan secara sederhana dan alami. Tak pernah dirawat di rumah sakit dan boleh dikatakan meninggal karena usia tua. Sekarang, teknologi kedokteran telah maju. Obat juga banyak. Pemeliharaan kesehatan mahal, tetapi hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.

Karena itu saya ingin mengajak kalangan kedokteran untuk tidak terlalu mengandalkan teknologi kedokteran. Lebih banyak kembali ke alam. Kedua anak saya untungnya mengikuti asuransi kesehatan. Mereka rajin ke dokter, minum vitamin teratur, bahkan biaya untuk multivitamin hampir mencapai sejuta per bulan. Namun, hidupnya stres, terutama akibat pekerjaan.

Jadi, generasi baru mengubah gaya hidup dan untuk itu memerlukan dukungan kesehatan yang mahal. Suatu waktu saya lihat anak saya yang laki-laki punya obat 12 macam. Ada obat darah tinggi tiga macam, obat penurun kolesterol dua macam, belum lagi obat antioksidan, dan sebagainya. Saya sendiri tak mau minum obat lebih dari lima macam. Saya pasrah biar yang diobati penyakit yang penting saja. Karena jika minum obat terlalu banyak mungkin ada gunanya untuk kelainan pada tubuh saya, tetapi juga risiko pada organ tubuh saya yang sudah tua ini tentulah juga tinggi.

Mungkinkah kita mengembangkan pemeliharaan kesehatan yang sederhana, tetapi bermanfaat bagi masyarakat. Jika masih ada cara yang sederhana dan alamiah, itulah yang diutamakan bukan alat atau obat canggih yang mahal.

(S di J)

Sebenarnya dalam kalangan profesi kedokteran juga sudah timbul kesadaran untuk memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran secara tepat guna. Jadi, benar jika ada cara sederhana dan lebih alamiah, kalangan kedokteran akan memilih cara tersebut. Namun, jika kita memerhatikan indikator kesehatan nasional kita sebenarnya terjadi perbaikan. Usia harapan hidup meningkat, sekarang sekitar 70 tahun. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi juga menurun meski masih terjadi kesenjangan yang nyata antarprovinsi.

Kita masih harus bekerja keras untuk meningkatkan taraf kesehatan seluruh masyarakat kita di mana pun mereka berada. Akses terhadap air bersih dan jamban keluarga juga masih harus ditingkatkan. Perbaikan lingkungan dan permukiman yang sehat masih harus diperjuangkan.

Cara hidup memang banyak berubah. Hidup sebagai petani mengharuskan seseorang untuk kerja fisik berat, pendapatan petani memaksa mereka mengonsumsi lebih banyak karbohidrat dan kurang protein dan lemak. Mungkin juga lingkungan hidup lebih bersih, serta sikap yang sabar dan selalu bersyukur menyebabkan keadaan kesehatan jiwa mereka juga lebih baik.

Kita hidup dalam dunia yang penuh tantangan dan kompetisi. Kita terjebak pada gaya hidup modern yang sebenarnya lebih berisiko terhadap kesehatan. Imbauan untuk lebih kembali ke alam dan merenungkan kembali cara hidup kita dewasa ini patut dipertimbangkan.

Teknologi sebenarnya dapat membantu kita lebih baik dalam diagnosis dan terapi. Jika sekarang terjadi kecelakaan lalu lintas, maka dokter sudah mengetahui di mana perdarahan otak terjadi dengan pemeriksaan CT Scan. Dengan demikian, operasi yang dilakukan dapat dibantu oleh diagnosis yang lebih tepat tersebut. Namun, penggunaan alat kedokteran dapat terjadi berlebihan. Misalnya, sakit kepala biasa saja dilakukan CT Scan tentulah merupakan tindakan yang berlebihan. Memboroskan dana.

Namun, perlu juga diingat acap kali masyarakat juga dapat menekan kalangan kedokteran untuk menggunakan teknologi canggih baik karena informasi media atau kekhawatiran dokter pada tuntutan pasien. Ini dapat diatasi dengan komunikasi dokter pasien yang baik. Kerja sama dokter dan pasien akan meningkatkan keberhasilan terapi.

Gaya hidup sehat

Setiap tahun negara kita membelanjakan triliunan rupiah untuk ongkos pengobatan. Belum lagi biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat sendiri. Negara kaya, seperti Amerika Serikat, saja sudah mulai merasa beban biaya pengobatan mahal, apalagi kita sebagai negara berkembang. Untuk program keluarga miskin saja mencapai Rp 4 triliun.

Mungkinkah kita menghemat biaya pengobatan dengan menganjurkan gaya hidup yang lebih sehat, lebih alami dan meningkatkan kembali upaya pencegahan? Sangat mungkin karena itulah masyarakat perlu mendukung program pemerintah dalam mencegah penularan penyakit, seperti lingkungan bersih, imunisasi, dan lain-lain.

Kembali ke saran Anda, kita perlu menyadari gaya hidup sehat harus selalu diusahakan. Kita harus berubah dari hanya memerhatikan pengobatan ke pemeliharaan kesehatan secara menyeluruh dan mengutamakan pencegahan penyakit. Namun, teknologi kedokteran yang ada dapat kita manfaatkan untuk kemudahan dalam diagnosis dan terapi.

Setiap anggota masyarakat, termasuk petugas kesehatan, perlu sadar biaya. Janganlah menggunakan obat, pemeriksaan laboratorium, dan lain-lain, tanpa tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan pasien. Jangan hendaknya dokter menambah beban pasien karena dokter tak peduli pada biaya yang harus dibayar pasien. Meringankan beban pasien merupakan sikap yang mulia karena itu sebagai penasihat kesehatan pasien dokter harus mempertimbangkan biaya dalam setiap rencana pengobatannya sehingga beban pasien dan keluarga tidak terlalu berat.

Oleh Dr Samsuridjal Djauzi



Sumber
Kompas.com

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive