Sabtu, 24 Juli 2010
Menghayati Rasa Orang Lain
13.42 |
Diposting oleh
fikirjernih |
Edit Entri
JAKARTA, - Menghayati rasa orang lain (empati) adalah sebuah kualitas luhur. Istilah empati makin populer sejak Daniel Goleman menerbitkan bukunya, Emotional Intelligence (2005), merupakan salah satu aspek penting kecerdasan emosional. Apa yang dimaksud empati sebenarnya sudah diajarkan Suryomentaram sejak ia memperoleh pencerahan tahun 1927.
Praktik korupsi, kolusi, penyalahgunaan kekuasaan (tanpa peduli hak orang lain) merupakan kejadian sehari-hari. Perilaku seperti itu merupakan wujud perkembangan pribadi egoistis: selalu mementingkan diri sendiri dan merasa paling benar (tidak mengembangkan rasa bersalah).
Menurut norma perkembangan kepribadian yang sehat, mestinya orang semakin dapat melepaskan egoisme setelah lepas masa remaja. Egoisme merupakan ciri khas yang melekat pada masa kanak-kanak, terutama usia 3-5 tahun, saat mulai berkembang kesadarannya akan “aku”.
Perilaku mementingkan diri sendiri juga meluas di kalangan masyarakat. Contoh adalah perilaku berkendara. Sulit menemukan pengendara yang rela memberikan kesempatan kepada pejalan kaki untuk menyeberang. Tahun ’80-an para pengendara masih memprioritaskan penyeberang jalan, cermin kepedulian terhadap pihak yang posisinya lebih lemah.
Dalam ranah domestik, egoisme terwujud dalam perilaku kesewenangan, kekerasan, ketidakpedulian, saling menyakiti, dsb. Kasus bunuh diri, membunuh anggota keluarga, merupakan contoh dampak fatal perkembangan kepribadian tak sehat. Mengapa kita mundur dalam perkembangan kepribadian? Bagaimana mengembangkan kepribadian sehat?
Mundurnya Sebuah Masyarakat Kepribadian seseorang merupakan ciri yang unik. Setiap orang berkembang dengan proses khas, memadukan faktor bawaan (genetik) dan faktor lingkungan. Bagaimana proses pembelajaran atas pengalaman yang dijumpai sepanjang hidup, regulasi terhadap tekanan (stres) yang dialami, dan pilihan nilai kehidupan, ikut menentukan kualitas kepribadiannya.
Tiga hal ini berkembangnya dalam diri seseorang dipengaruhi oleh orang lain, terutama budaya kelompok. Itulah sebabnya meski tiap orang unik, kita dapat juga menemukan kesamaan karakteristik individu dari suatu kelompok ma¬syarakat, dan perbedaan karakteristik yang cukup menonjol antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya (stereotip).
Pengaruh lingkungan makro (masyarakat) terhadap seseorang akan memiliki efek yang serupa bagi individu dalam masyarakat yang kurang memberdayakan kapasitas pribadi, khususnya akal sehat (penalaran), pengelolaan emosi, dan spiritualitas.
Bila pengaruh dari lingkungan itu merupakan pengalaman penting (stresor maupun kejutan yang menyenangkan) dan individu mengadopsi pola respon masyarakat yang kurang sehat (egois, agresif, manipulatif, mementingkan status/kekuasaan, mengejar kenikmatan), tidak memberdayakan kapasitas pribadinya untuk sehat (akal sehat, pengelolaan emosi, spiritualitas), mereka ini akan larut dalam budaya massa yang tidak sehat atau bahkan mengalami disintegrasi kepribadian.
Tampaknya dinamika seperti itulah yang menyebabkan orang tidak dapat berkembang sehat. Banyaknya kualitas kepribadian individu yang tidak sehat dalam sebuah negara, terlebih bila meluas dalam lini kekuasaan, tentu saja menyebabkan kemerosotan negara secara keseluruhan.
Kemampuan Berempati Penjelasan lain mengenai pengaruh kepribadian warga negara terhadap maju-mundurnya negara, dapat kita jumpai dalam uraian Ki Ageng Suryomentaram, tokoh psikologi Jawa, mengenai ukuran keempat dalam hidup manusia. Ukuran keempat yang dimaksud adalah hidup manusia dalam hubungannya dengan perasaan. Ini merupakan tingkatan tertinggi yang semestinya dicapai dalam perkembangan kepribadian.
Mengenai kaitan antara ukuran keempat dengan maju-mundurnya sebuah negara, Suryomentaram menjelaskan: ”Kekurangan dalam perkembangan ukuran keempat ini, sering menyebabkan perkembangan negara-negara yang mula-mula membubung hingga gilang-gemilang, kemudian kian merosot, suram, hingga jatuh. Perkembangan negara-negara tersebut sebentar menjulang tinggi, sebentar menurun jatuh”.
Penjelasan Suryomentaram mengenai kepribadian memuat konsep dan sekaligus panduan untuk mengembangkan kepribadian sehat. Hal ini akan membantu kita mendapatkan jawaban mengenai bagaimana mengembangkan kepribadian sehat. Konsep-konsep Suryomentaram sebagian telah menjadi bahan kajian dan penelitian ilmiah psikologi dan dinyatakan relevansinya untuk masa kini.
Beberapa di antaranya oleh Darmanto Jatman, tesis 1985 dan pidato pengukuhan guru besar 2008; Nanik Prihartanti, disertasi 2003 dan beberapa karya ilmiah lainnya; Nilam Widyarini, naskah semiloka 2008; maupun penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dari bidang filsafat dan antropologi.
Mengenai ukuran keempat, Suryomentaram menjelaskan bahwa ini merupakan salah satu dari tiga alat manusia yang perlu dididik. Bila tidak dididik, perkembangannya tak akan wajar. Alat yang perlu dididik adalah hati, pikiran, dan ukuran keempat. Hati adalah alat untuk merasakan rasanya sendiri (rasa yang dialami); pikiran adalah alat untuk berpikir; dan ukuran ke empat adalah alat untuk merasakan rasa orang lain (kini disebut empati).
Hati Hati sebagai alat untuk merasakan rasa pribadi, bila tidak cukup dididik tak akan berkembang wajar, sehingga sering keliru merasakan rasa yang dialaminya. Kekeliruan itu disebabkan bercam¬purnya berbagai rasa (intinya enak/senang dan tidak enak/senang) secara tidak teratur. Memisahkan rasa yang bercampur secara tidak teratur itu adalah salah satu latihan untuk mendidik hati.
Contohnya orang berjudi. Ketika menang merasa enak dan senang, tetapi rasa senang ini bercampur gelisah, takut kalah, dan nafsu mempertahankan kemenangan. Sekalipun idamannya tercapai (mestinya senang) tetapi timbul kekhawatiran kalau terlepas lagi, rasanya tidak enak. Rasa yang bercampur seperti ini seringkali tidak disadari.
Pada hakikatnya tindakan manusia semata-mata menurut bagaimana ia menanggapi rasa yang dialami. Bila tanggapannya keliru, tindakannya pun keliru. Karena itu, hati harus dilatih untuk memisahkan rasa suka dan duka (susah) atau bahagia dan derita, supaya dapat menanggapi dan bertindak secara tepat.
Pikiran Dalam pergaulan, banyak perselisihan terjadi karena kekeliruan dalam berpikir. Membina pikiran dapat dijalankan dengan memisahkan antara benda dalam arti umum (abstrak; tidak dapat disebut jumlahnya, tidak dapat dilihat, tidak bergantung tempat dan waktu) dengan benda terperinci (barang jadi, yang dapat dihitung jumlahnya, dapat dijelaskan bagaimana wujudnya, di mana, bilamana); memisahkan pikiran dari rasa; memisahkan pemikiran mengenai rasa yang dihayati dengan rasa yang menghayati. Penjelasan mengenai hal ini selengkapnya memerlukan uraian panjang, sehingga akan dijelaskan tersendiri pada lain kesempatan.
Ukuran Keempat Manusia dapat menghayati rasa sendiri dan rasa orang lain. Rasa orang lain dan rasa sendiri dua-duanya terdapat dalam rasa sendiri. Jadi, rasa manusia berisi rasa sendiri dan rasa orang lain. Bila rasa sendiri dan rasa orang lain tercampur-baur, akan keliru menghayati rasa orang lain.
Contohnya, seorang laki-laki pergi beberapa hari. Ketika pulang ia mendapati istrinya sakit perut. Laki-laki itu kecewa, dan rasa kecewa ini menyebabkan ia tak dapat menghayati rasa sakit istrinya. Kepentingan sendiri merintangi orang untuk menghayati rasa orang lain (berempati).
Meskipun tampak sederhana, ukuran keempat ini sangat penting dalam menentukan kualitas kepribadian kita. MM Nilam Widyarini M.Si Kandidat Doktor Psikologi
Sumber
KOMPAS.com
Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Praktik korupsi, kolusi, penyalahgunaan kekuasaan (tanpa peduli hak orang lain) merupakan kejadian sehari-hari. Perilaku seperti itu merupakan wujud perkembangan pribadi egoistis: selalu mementingkan diri sendiri dan merasa paling benar (tidak mengembangkan rasa bersalah).
Menurut norma perkembangan kepribadian yang sehat, mestinya orang semakin dapat melepaskan egoisme setelah lepas masa remaja. Egoisme merupakan ciri khas yang melekat pada masa kanak-kanak, terutama usia 3-5 tahun, saat mulai berkembang kesadarannya akan “aku”.
Perilaku mementingkan diri sendiri juga meluas di kalangan masyarakat. Contoh adalah perilaku berkendara. Sulit menemukan pengendara yang rela memberikan kesempatan kepada pejalan kaki untuk menyeberang. Tahun ’80-an para pengendara masih memprioritaskan penyeberang jalan, cermin kepedulian terhadap pihak yang posisinya lebih lemah.
Dalam ranah domestik, egoisme terwujud dalam perilaku kesewenangan, kekerasan, ketidakpedulian, saling menyakiti, dsb. Kasus bunuh diri, membunuh anggota keluarga, merupakan contoh dampak fatal perkembangan kepribadian tak sehat. Mengapa kita mundur dalam perkembangan kepribadian? Bagaimana mengembangkan kepribadian sehat?
Mundurnya Sebuah Masyarakat Kepribadian seseorang merupakan ciri yang unik. Setiap orang berkembang dengan proses khas, memadukan faktor bawaan (genetik) dan faktor lingkungan. Bagaimana proses pembelajaran atas pengalaman yang dijumpai sepanjang hidup, regulasi terhadap tekanan (stres) yang dialami, dan pilihan nilai kehidupan, ikut menentukan kualitas kepribadiannya.
Tiga hal ini berkembangnya dalam diri seseorang dipengaruhi oleh orang lain, terutama budaya kelompok. Itulah sebabnya meski tiap orang unik, kita dapat juga menemukan kesamaan karakteristik individu dari suatu kelompok ma¬syarakat, dan perbedaan karakteristik yang cukup menonjol antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya (stereotip).
Pengaruh lingkungan makro (masyarakat) terhadap seseorang akan memiliki efek yang serupa bagi individu dalam masyarakat yang kurang memberdayakan kapasitas pribadi, khususnya akal sehat (penalaran), pengelolaan emosi, dan spiritualitas.
Bila pengaruh dari lingkungan itu merupakan pengalaman penting (stresor maupun kejutan yang menyenangkan) dan individu mengadopsi pola respon masyarakat yang kurang sehat (egois, agresif, manipulatif, mementingkan status/kekuasaan, mengejar kenikmatan), tidak memberdayakan kapasitas pribadinya untuk sehat (akal sehat, pengelolaan emosi, spiritualitas), mereka ini akan larut dalam budaya massa yang tidak sehat atau bahkan mengalami disintegrasi kepribadian.
Tampaknya dinamika seperti itulah yang menyebabkan orang tidak dapat berkembang sehat. Banyaknya kualitas kepribadian individu yang tidak sehat dalam sebuah negara, terlebih bila meluas dalam lini kekuasaan, tentu saja menyebabkan kemerosotan negara secara keseluruhan.
Kemampuan Berempati Penjelasan lain mengenai pengaruh kepribadian warga negara terhadap maju-mundurnya negara, dapat kita jumpai dalam uraian Ki Ageng Suryomentaram, tokoh psikologi Jawa, mengenai ukuran keempat dalam hidup manusia. Ukuran keempat yang dimaksud adalah hidup manusia dalam hubungannya dengan perasaan. Ini merupakan tingkatan tertinggi yang semestinya dicapai dalam perkembangan kepribadian.
Mengenai kaitan antara ukuran keempat dengan maju-mundurnya sebuah negara, Suryomentaram menjelaskan: ”Kekurangan dalam perkembangan ukuran keempat ini, sering menyebabkan perkembangan negara-negara yang mula-mula membubung hingga gilang-gemilang, kemudian kian merosot, suram, hingga jatuh. Perkembangan negara-negara tersebut sebentar menjulang tinggi, sebentar menurun jatuh”.
Penjelasan Suryomentaram mengenai kepribadian memuat konsep dan sekaligus panduan untuk mengembangkan kepribadian sehat. Hal ini akan membantu kita mendapatkan jawaban mengenai bagaimana mengembangkan kepribadian sehat. Konsep-konsep Suryomentaram sebagian telah menjadi bahan kajian dan penelitian ilmiah psikologi dan dinyatakan relevansinya untuk masa kini.
Beberapa di antaranya oleh Darmanto Jatman, tesis 1985 dan pidato pengukuhan guru besar 2008; Nanik Prihartanti, disertasi 2003 dan beberapa karya ilmiah lainnya; Nilam Widyarini, naskah semiloka 2008; maupun penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dari bidang filsafat dan antropologi.
Mengenai ukuran keempat, Suryomentaram menjelaskan bahwa ini merupakan salah satu dari tiga alat manusia yang perlu dididik. Bila tidak dididik, perkembangannya tak akan wajar. Alat yang perlu dididik adalah hati, pikiran, dan ukuran keempat. Hati adalah alat untuk merasakan rasanya sendiri (rasa yang dialami); pikiran adalah alat untuk berpikir; dan ukuran ke empat adalah alat untuk merasakan rasa orang lain (kini disebut empati).
Hati Hati sebagai alat untuk merasakan rasa pribadi, bila tidak cukup dididik tak akan berkembang wajar, sehingga sering keliru merasakan rasa yang dialaminya. Kekeliruan itu disebabkan bercam¬purnya berbagai rasa (intinya enak/senang dan tidak enak/senang) secara tidak teratur. Memisahkan rasa yang bercampur secara tidak teratur itu adalah salah satu latihan untuk mendidik hati.
Contohnya orang berjudi. Ketika menang merasa enak dan senang, tetapi rasa senang ini bercampur gelisah, takut kalah, dan nafsu mempertahankan kemenangan. Sekalipun idamannya tercapai (mestinya senang) tetapi timbul kekhawatiran kalau terlepas lagi, rasanya tidak enak. Rasa yang bercampur seperti ini seringkali tidak disadari.
Pada hakikatnya tindakan manusia semata-mata menurut bagaimana ia menanggapi rasa yang dialami. Bila tanggapannya keliru, tindakannya pun keliru. Karena itu, hati harus dilatih untuk memisahkan rasa suka dan duka (susah) atau bahagia dan derita, supaya dapat menanggapi dan bertindak secara tepat.
Pikiran Dalam pergaulan, banyak perselisihan terjadi karena kekeliruan dalam berpikir. Membina pikiran dapat dijalankan dengan memisahkan antara benda dalam arti umum (abstrak; tidak dapat disebut jumlahnya, tidak dapat dilihat, tidak bergantung tempat dan waktu) dengan benda terperinci (barang jadi, yang dapat dihitung jumlahnya, dapat dijelaskan bagaimana wujudnya, di mana, bilamana); memisahkan pikiran dari rasa; memisahkan pemikiran mengenai rasa yang dihayati dengan rasa yang menghayati. Penjelasan mengenai hal ini selengkapnya memerlukan uraian panjang, sehingga akan dijelaskan tersendiri pada lain kesempatan.
Ukuran Keempat Manusia dapat menghayati rasa sendiri dan rasa orang lain. Rasa orang lain dan rasa sendiri dua-duanya terdapat dalam rasa sendiri. Jadi, rasa manusia berisi rasa sendiri dan rasa orang lain. Bila rasa sendiri dan rasa orang lain tercampur-baur, akan keliru menghayati rasa orang lain.
Contohnya, seorang laki-laki pergi beberapa hari. Ketika pulang ia mendapati istrinya sakit perut. Laki-laki itu kecewa, dan rasa kecewa ini menyebabkan ia tak dapat menghayati rasa sakit istrinya. Kepentingan sendiri merintangi orang untuk menghayati rasa orang lain (berempati).
Meskipun tampak sederhana, ukuran keempat ini sangat penting dalam menentukan kualitas kepribadian kita. MM Nilam Widyarini M.Si Kandidat Doktor Psikologi
Sumber
KOMPAS.com
Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Artikel Yang Berhubungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lijit Search Wijit
Blog Archive
-
▼
2010
(1196)
-
▼
Juli
(198)
- Seorang Pria di Inggris Meninggal karena Kanker Pa...
- Dua Menit Per Hari Agar Pernikahan Awet
- Inilah Akibat nya orang yang sering Depresi
- Hal inilah penyebab Testis Dapat Mengecil
- Ternyata Makin Banyak Duduk, Makin Pendek Umur
- Unit Radiologi RSUD Sabang Lancar Lagi
- Makanan Penangkal Perut Kembung
- Mengapa Perlu Kurangi Asupan Garam
- Bugar di Pantai dengan Konsep Feng Shui
- Bahaya Bercinta Saat Hawa Panas
- Yang Bikin Wanita Nyaman Saat Bercinta
- Ingat Komplikasi Diabetes
- Otak Juga Perlu Nge-Gym
- PMI Tidak Menjual Darah
- Menghayati Rasa Orang Lain
- Efek Buruk Tokoh Kartun pada Pola Makan Anak
- Mengapa Menstruasi Bisa Tak Teratur
- Inilah Ramuan Mujarab Para Ibu di Dunia
- Antioksidan Sehatkan Jantung
- Empat Langkah Bakar 1200 Kalori Per Hari
- Tetap Seksi Meski Menopause
- Cengkeh, Sumber Antioksidan Terbaik
- Perempuan Hamil Boleh Minum Secangkir Kopi Per Hari
- Benarkah Roti Picu Gangguan Pencernaan
- Minum Kopi Tak Ganggu Prostat
- Waspada jika Kencing Tak Bisa Dikontrol
- Diet Tanpa Kalsium Sebabkan Tulang Keropos
- Ajak Anak Sehari Tak Nonton TV
- Inilah Masakan Sehat ala Yunani
- theholmgroupaz, a trusted place to buy a house
- theholmgroupaz, a trusted place to buy a house
- 8 Trik Hindari Selingkuh Gara-gara Facebook
- Kadar Kolesterol Anak Menurun tanpa Intervensi
- Bercinta Bisa Memuaskan Tanpa Klimaks?
- Penyakit Kurang Gizi Orang Modern
- Keuntungan Frekuensi Bercinta Teratur
- Makan Ikan Setiap Pekan Diduga Turunkan Risiko Sak...
- Pengapuran Itu Apa Sih?
- Ukur Kadar Testosteron Anda!
- Sampo Misterius Sehatkan Rambut dalam 14 Hari
- Deteksi Autisme Lewat Suara Anak
- Cegah Kebiasaan Suntik Insulin
- Tersedia Vaksin Meningitis Halal
- Cuma Olahraga Juga Bisa Langsing
- Buah & Sayuran Terbaik untuk Kecantikan Kulit
- Lansia Rawan Diabetes dan Stroke
- Darah Dijadikan Minuman Berenergi
- Kondom Tertinggal di Rahim
- Arus Informasi Pacu Anak Tumbuh Lebih Cepat
- Pria Bersuara Berat Pertanda Jantan
- Kulit Cantik dan Kencang Berkat Emas
- Transformasi demi Badan "Six Packs"
- Pinggul Besar, Daya Ingat Lemah
- Insulin Hirup Dapat Bantu Kembalikan Ingatan Pende...
- Deteksi Kesehatan Lewat Mimpi
- Protein, Penyempurna Otot
- Tutuplah Mulut Saat Bersin
- Senam Kegel untuk Pria
- Perlu Riset Mendalam Khasiat Herbal
- Penelitian Daun Torbangun Rizal Damanik
- 10 Kanker Mematikan di Indonesia
- Kulit Cantik dan Kencang Berkat Emas
- Mengapa Orang Gemuk Perlu Diet
- Waspadai Kentang Beracun
- Menjadi Suporter Berhenti Merokok
- Langsung Dibakar, Limbah RS Berbahaya
- Teh Hijau dan Hitam Baik untuk Jantung
- Wanita 30-an Lebih "Galdira"?
- Cinta yang Menyehatkan
- Webinar Pendidikan Seks Remaja
- Perempuan AIDS Mayoritas Ibu RT
- Influenza Menular Lewat Jabat Tangan
- Tubuh Langsing Berpotensi Miliki Lemak Bahaya
- Vitamin D Pengaruhi Resiko Dementia Pada Manula
- Makanan Pencegah Pikun
- Minyak Ikan Kurangi Risiko Kanker Payudara
- Empat Hal Sangat Dibutuhkan Anak
- Apakah Anda Menjadi Gemuk Usai Menikah
- 15 Menit yang Mendebarkan dalam bercinta
- Payudara Terbesar Butuh Satu Galon Silikon
- Sup Plasenta Bikin Awet Muda
- Isotop Yodium Atasi Kanker Prostat
- Begini Cara Brokoli Mengalahkan Kanker
- Sikat Gigi Tak Usir Semua Bakteri
- Lingkar Kepala dan Risiko Demensia
- Pasangan Bercinta 139 kali Setahun?
- Mengapa Perlu Batasi Anak Nonton Televisi
- Mempersiapkan Kesuburan Pada Pasien Kanker
- 4 Nutrisi Penting Bagi Ibu Hamil
- Lima Makanan 'Wajib' Bagi Wanita
- Deteksi Kanker Lewat Penciuman Anjing
- Buang Racun Tubuh dengan Tidur
- Mengintip Perilaku Seksual Berdasar Usia
- Lima nutrisi penting untuk pertumbuhan anak
- Mengatasi kulit kombinasi
- Menghindari kesalahan saat diet
- Makanan penguat rambut
- Brokoli efektif melawan peradangan usus
- Pria juga bisa kanker payudara
- Merawat bayi yang miliki kulit sensitif
-
▼
Juli
(198)
0 komentar:
Posting Komentar