Rabu, 11 November 2009

Antidepresan Tak Terlalu Efektif Mengatasi Depresi

ANDA salah seorang yang secara rutin mengonsumsi antidepresan untuk mengatasi stres? Sebaiknya, Anda berpikir dua kali sebelum kembali mengonsumsinya. Sebab, berdasarkan hasil penelitian, ilmuwan dari Universitas Hull menyimpulkan bahwa antidepresan itu hanya sedikit menolong pada salah satu bagian kecil dari depresi. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa mengonsumsi obat antidepresan lebih cenderung sia-sia ketimbang manfaatnya.


Kepala lembaga rehabilitasi mental di Inggris Sane Marjorie Wallace menyatakan, jika temuan penelitian ini berhasil dikonfirmasi, akan sangat mengganggu dunia farmasi, terutama yang memproduksi antidepresan.

Mendapatkan tudingan ini, tentu saja perusahaan farmasi produsen Prozac dan Seroxat, dua obat antidepresan yang paling umum digunakan masyarakat, langsung membantah temuan itu.

Juru bicara perusahaan Glaxo- SmithKline, produsen Seroxat menyatakan, penelitian yang dilakukan para ilmuwan hanya melihat sampel kecil dari total banyak data yang tersedia.

Hal senada pun disampaikan Eli Lilly, perusahaan yang membuat Prozac. Mereka menyatakan bukti ilmiah dan medis yang telah intensif dilakukan telah menunjukkan bahwa obat antidepresan sangat efektif. Namun, di sisi lain, para pasien disarankan untuk tidak berhenti mengonsumsi obat itu tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Para peneliti dari Universitas Hull menegaskan, kepercayaan masyarakat bahwa obat antidepresan bisa mengobati depresi bisa jadi hanya merupakan efek dari placebo. Sehingga membuat mereka merasa lebih baik. Sebab, mereka berpikir mengonsumsi obat itu akan menolong mereka.

Temuan tim peneliti itu telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PloS Medicine yang menganalisis 47 Data uji klinis. Para peneliti tidak hanya menganalisis data uji klinis yang Sudah dipublikasikan secara umum, juga data yang dirahasiakan di bawah legislasi UU.

Sekretaris Departemen Kesehatan Inggris Alan Johnson mengumumkan bahwa 3.600 ahli terapi akan dilatih selama tiga tahun mendatang di Inggris. Ini guna meningkatkan angka akses pasien terhadap para ahli terapi.

Selain itu, Menteri Kesehatan Inggris menilai langkah ini lebih baik ketimbang mengonsumsi obat. Mereka memfokuskan penelitian pada obat yang bekerja dalam meningkatkan level zat kimia pengendali mood, serotonin dalam otak.

Beberapa obat yang diteliti adalah fluoxetin (Prozac), paroxetine (Seroxat), dan venlafaxine (Efexor), yang paling umum dikonsumsi di Inggris. Angka jumlah resep dokter yang menyebutkan antidepresan mencapai angka sangat tinggi lebih dari 31 juta di Inggris pada 2006.

Meskipun panduan resmi kesehatan menekankan bahwa obat-obatan ini tidak seharusnya menjadi anjuran urutan pertama dalam menangani depresi. Para peneliti menemukan bahwa obatobatan ini memang memiliki manfaat positif pada orang yang mengalami depresi pada tingkat medium. Namun, efek tidak terlalu berpengaruh menjadi lebih besar setelah itu.

Bahkan, beberapa pasien menuturkan bahwa mereka semakin tidak mendapatkan manfaat dari obat itu. Bisa jadi, hal itu karena pasien tersebut kurang merespons positif terhadap placebotersebut. Berdasar keterangan para ahli, cara terbaik yang harus dilakukan pasien adalah meninggalkan konsumsi obat itu, kepalkan tangan, dan hadapi masalah yang ada.

Ketua tim peneliti Profesor Irving Kirsch menyatakan, perbedaan perbaikan antara pasien yang mengonsumsi placebo dan antidepresan tidaklah terlalu signifikan.

"Ini artinya, pasien depresi bisa sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian kami, hanya sedikit alasan untuk mengonsumsi obat antidepresan itu. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada kasus kebanyakan pasien depresi, pengobatan alternatif juga telah gagal memberikan manfaat," ujarnya. Profesor Iring menambahkan, hasil penelitian ini mempertanyakan mengenai sistem pelaporan uji klinis yang ada.

Sumber : Sindo Sore//tty

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive