Rabu, 11 November 2009

Pemulihan Cepat Katarak

KATARAK menduduki peringkat pertama penyebab kebutaan. Penanganan tepat dan mengenali gejala sejak dini akan mengurangi risiko.

Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat jelas karena lensa yang keruh sehingga cahaya sulit mencapai retina. Alhasil, mata akan menghasilkan bayangan kabur pada retina. Sebagian besar penderita katarak rata-rata berusia 60 tahun ke atas.


"Untuk menghindari kebutaan, penderita harus menjalani tindakan operasi," ujar Direktur Jakarta Eye Center Prof Dr Istiantoro SpM kepada media setelah melihat live surgery pada seorang pasien.

Kecepatan gangguan katarak pada seseorang tidak dapat diprediksi dan berbeda pada masing-masing individu. Parahnya, hingga kini belum ada obat, makanan, atau aktivitas yang mampu menghindarkan seseorang dari gangguan katarak.

Menurut dia, sebanyak 60-70% penduduk Indonesia mengalami kebutaan akibat katarak. Berangkat dari keprihatinan ini, Jakarta Eye Center (JEC) mempresentasikan teknologi terbaru yang memungkinkan pasien mengalami pemulihan lebih cepat.

Teknologi bedah katarak cold phacoemulsification bernama signature dapat meminimalisasi risiko tindakan operasi.

Teknologi cold phacoemulsification menggunakan jarum gelombang ultrasonik dan memperbaiki aliran cairan sehingga komplikasi dapat dihindari.

"Dibandingkan dengan metode konvensional, teknologi ini memungkinkan penghancuran lensa katarak secara lebih cepat tanpa menghasilkan energi panas," ungkapnya disusul dengan menerangkan bahwa JEC merupakan rumah sakit pertama yang mengadopsi teknologi ini.

Melalui teknologi signature, cairan di dalam bilik mata tetap dijaga agar tetap seimbang. Bila cairan tidak seimbang, akan menyebabkan penyempitan bilik mata depan.

Selain mengurangi rasa panas, teknologi ini mampu mengurangi sayatan seminimal mungkin sehingga pemulihan menjadi lebih cepat. Prosedur katarak menggunakan signature akan menurunkan risiko terjadinya luka terbakar yang sering ditimbulkan mesin-mesin katarak konvensional.

Bila pasien mengalami luka bakar, penyembuhan pun terhambat dan kemungkinan timbulnya silindris. Luka pada mata pasien akan terbuka sehingga yang tadinya tidak memerlukan jahitan, menjadi harus dijahit.

Tindakan operasi hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit dibandingkan metode konvensional yang membutuhkan waktu berbulan- bulan.

Setelah menjalani operasi, pasien dapat segera melakukan aktivitas seperti biasanya. Karena pasien tidak memerlukan perban untuk menutup mata.

Keunggulan teknologi ini tidak hanya dirasakan pasien sebagai pengguna. Ahli medis yang menangani pun semakin diringankan pekerjaannya.

"Karena dokter bisa mengatur aliran cairan sesuai keadaan pasien sehingga memberikan rasa aman, menyenangkan, dan sangat halus dalam melakukan prosedur operasi," tukas Spesialis Mata dari Jakarta Eye Center Dr Hadusudjono Sastrosatomo SpM yang telah mencoba teknologi ini.

Sejak diluncurkan Januari, lebih dari 200 pasien merasakan keefektifan penggunaan teknologi ini. Meski demikian, teknologi ini pun tidak luput dari risiko kegagalan.

"Kemungkinan risiko infeksi sangat kecil asal menjaga sterilisasi alat dan kamar bedah," sambung Istiantoro.

Sumber : sindo//tty

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive