Rabu, 11 November 2009

Waspadai DBD dengan Penanganan yang Tepat

KASUS kematian yang merenggut nyawa banyak orang dalam setiap tahunnya karena Demam Berdarah Dengue (DBD), marak terjadi di seluruh dunia. Salah satunya di Indonesia.

Kasus infeksi dengue di DKI Jakarta, menduduki peringkat pertama dengan jumlah 4481 kasus dan angka kematian sebanyak delapan jiwa per tanggal 28 Pebruari 2008. Bahkan, jumlah penderita DBD sepanjang tahun 2007 tercatat sebanyak lebih dari 156.697 orang dengan korban meninggal lebih dari 1.296 orang.


Menangani fakta tersebut, GlaxoSmithKline bersama duta kampanye "Tangani Tepat Demam pada DBD Anak", seorang ibu yang juga psikolog Tika Bisono MpSi, Dr J Hudyono MS SpOk MFPM, selaku staf uji klinik obat Departemen Farmakologi-Terapeutiks FKUI, serta bapak Muhadi SKM, selaku Supervisor Dinas Kesehatan DKI Jakarta memberikan penyuluhan kepada warga dan pasien Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan mengenai pentingnya penanganan tepat demam pada DBD anak melalui pemilihan kandungan obat yang tepat.

Kenyataannya, masih banyak keluarga kecil di Indonesia yang belum mengetahui penanganan demam yang tepat pada kasus DBD, terutama pada anak-anak. Banyak masyarakat datang terlambat sehingga berisiko terhadap kondisi yang lebih parah dan menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi. Untuk itu, GlaxoSmithKline berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengenali gejala demam pada DBD sehingga dapat menanganinya dengan tepat.

"GlaxoSmithKline juga menghimbau orangtua lebih waspada dalam memilih obat penurun demam yang dijual OTC (over the counter) karena pada kasus demam yang disebabkan oleh DBD tidak semua obat penurun demam aman digunakan," ungkap Yenny Tan Vedana, Brand Manager PT Sterling Products Indonesia ketika ditemui okezone dalam kampanye yang bertajuk "Tangani Tepat Demam pada DBD Anak" di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (6/3/2008).

Berdasarkan sebuah riset independen terkini, sekitar 76 persen konsumsi obat penurun demam anak di wilayah perkotaan di Indonesia adalah produk yang mengandung asam asetilsalisilat (acetyl salicylic acid), yaitu jenis bahan aktif yang tidak sesuai untuk konsumsi anak-anak karena diduga berkaitan dengan Sindroma Reye.

Selain itu, banyak konsumen tidak menyadari bahwa baik asam asetilsalisilat maupun obat anti inflamasi non-steroid (NSAID) lain seperti ibuprofen, mempunyai indikasi kontra pada demam dengue karena dapat memperburuk terjadinya pendarahan (haemorrhagic) pada infeksi dengue.

Khasiat dan keamanan yang sangat baik dari parasetamol untuk penanganan nyeri dan demam, direkomendasikan oleh ahli kesehatan termasuk dokter anak di seluruh dunia. Bahkan, parasetamol menjadi satu-satunya obat nyeri dan demam yang dapat digunakan secara aman pada demam dengue.

Dr J Hudyono, MS SpOk MFPM menyatakan, "Pada DBD, gejala khasnya adalah demam tinggi mendadak selama tiga hari pertama dan adakalanya diikuti turunnya demam pada hari ketiga dan empat di mana mungkin terjadi syok dan diikuti naiknya suhu, sehingga menyerupai pola pelana. Yang terpenting bagi orangtua adalah pada hari ketiga sebelum terjadinya pola pelana, anak sudah diperiksakan ke dokter untuk penilaian kemungkinan DBD. Bila menunggu terjadinya pola pelana yang biasanya terjadi pada hari kelima, maka sudah terlambat ditangani," papar Executive Manager Clinical Study Unit (CSU) Departemen Farmakologi-Terapeutiks FKUI itu.

Bila gejala demam pada DBD anak dapat dideteksi sejak dini, Hudyono menuturkan untuk memilih obat penurun demam yang sesuai dan aman.

"Perawatan di rumah yang dapat dilakukan adalah memberikan asupan cairan yang cukup dan bila ingin meringankan demam, anak dapat dikompres dan diberikan obat penurun demam yang aman dan sesuai untuk meringankan demam yang dicurigai DBD yakni parasetamol. Jangan lupa pula untuk mengenali cat aktif, baca aturan pakainya dan segera konsultasikan pada dokter," imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Tika Bisono, psikolog dan duta "Tangani Tepat Demam pada DBD Anak" mengakui perlunya informasi intensif mengenai gejala khas DBD.

"Belum banyak orangtua yang memahami bagaimana gejala demam pada DBD anak. Melalui kampanye edukasi ini, diharapkan orangtua dapat lebih memahami dan mengenali gejala DBD di antaranya demam dan gejala khas lainnya sehingga dapat menangani dengan cepat dan tepat," jelas almamater Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.

Tak hanya itu saja, sambungnya, orangtua juga perlu mengetahui komposisi pada obat yang akan dikonsumsi buah hatinya.

"Cermati kandungan bahan aktif (komposisi) obat penurun demam, sehingga dapat meringankan nyeri dan demam yang diderita anak dengan aman. Faktor lain yang tak kalah pentingnya ialah jangan menunda untuk segera membawa anak ke dokter. Selain itu, periksalah darahnya juga. Karena berdasarkan pengalaman, jangan hanya periksa kadar trombosit tapi juga kadar leukosit dan hematokrit," bebernya.

Berbagai kegiatan edukasi dilakukan dalam "Tangani Tepat Demam pada DBD Anak" ini tidak hanya berlangsung di puskesmas Tebet, Jakarta Selatan. Namun, pada 100 puskesmas-puskesmas lain yang tersebar di wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan hingga bulan April 2008.


Sumber : Okezone

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive