Rabu, 11 November 2009

Lahir dari Gen Bahagia

KEBAHAGIAAN ternyata tidak hanya berasal dari faktor lingkungan. Sebanyak 50 persen penyebabnya dipengaruhi oleh genetik.

Sebuah studi terbaru dalam jurnal Psychological Science mengungkapkan kebahagiaan bisa diturunkan. Memang, faktor pemicu kebahagiaan sangatlah luas, tidak terbatas faktor eksternal.


Selama ini ada anggapan, penyumbang kebahagiaan disebabkan faktor eksternal seperti kesehatan, interaksi sosial, dan karier. Ubahlah pandangan tersebut, sebagian penyebab kebahagiaan dipengaruhi genetik.

Salah satu komponen seseorang cenderung bahagia adalah genetik. Studi yang diprakarsai Tim Bates, Alexander Weiss PhD dan Michelle Luciano PhD menyertakan 1.000 pasang anak kembar identik dan nonidentik untuk membuktikan gen turut berperan membawa sifat bahagia.

Keterkaitan antarkeduanya dipercaya sebagai salah satu "cadangan" pemicu kebahagiaan, terutama di waktu-waktu yang menyebabkan stres.

"Penemuan itu sangat mengejutkan karena sebagian pemicu kebahagiaan dipengaruhi oleh genetik," kata ketua peneliti dari Universitas Edinburgh Tim Bates.

Peneliti menggunakan subjek berusia 25-75 tahun. Keseluruhan subjek diwajibkan mengisi kuesioner tentang kepribadian meliputi perasaan takut dan tingkat rasa aman dalam seluruh aspek kehidupannya.

Subjek menggunakan kembar identik karena kembar identik mempunyai kesamaan genetik dibandingkan hubungan saudara. Karena itu peneliti bisa mengidentifikasi karakter kepribadian berdasarkan genetik dan seberapa besar memengaruhi seseorang untuk lebih berbahagia.

Bates menambahkan, orang yang suka berinteraksi, aktif kegiatan, pekerja keras, dan teliti cenderung bahagia.

"Studi ini menunjukkan bahwa kembar identik mempunyai kesamaan kepribadian dan kebahagiaan. Berbeda hasilnya dengan saudara kandung, hanya sebagian yang mempunyai kemiripan," tutur Bates.

Dia menegaskan, kemiripan ini karena adanya kesamaan genetik. Hasil studi tersebut menjadi penting layaknya mengumpulkan puzzle untuk memahami depresi dan penyebab seseorang merasa lebih bahagia, sedangkan yang lain tidak.

Kembali Bates menyimpulkan seseorang mempunyai genetik yang sama berimplikasi terhadap sifat dan kepribadian dan memengaruhi kebahagiaan saat stres melanda.

"Genetik memberi peran penting terhadap sifat dan kepribadian serta penyebab kebahagiaan. Peneliti menyebutnya ?cadangan' yang memengaruhi kebahagiaan," tandasnya.

Sementara, peneliti lain dari Universitas Edinburgh Alexander Weiss PhD mengungkapkan studi tersebut berhasil membuktikan kembar identik bergenetik sama memengaruhi sifat dan kepribadian, terutama kebahagiaan.

"Hidup dalam kebebasan merupakan inti dari kehidupan manusia," ujar Weiss.

Walaupun kebahagiaan bersumber dari luar, hasil penemuan ini ingin memperkaya pemicu kebahagiaan seseorang yaitu genetik. Weiss melanjutkan, hasil studi tersebut tidak berarti seseorang yang tidak bahagia tidak mempunyai gen tersebut dan parahnya menyebabkan kehidupan memprihatinkan.

Baik Bates, Weiss maupun Luciano menandaskan genetik memengaruhi kebahagiaan seseorang. Meski demikian, ketiganya sepakat tidak mengabaikan faktor-faktor lain.

"Misalkan, ketika seseorang mulai bekerja untuk mencapai tujuannya nilai yang menunjukkan kebahagiaan akan meningkat tajam," kata Michelle Luciano PhD.

Begitu sebaliknya, jika berhenti bekerja, maka skor yang diperoleh pun menurun. Di samping itu, seseorang yang aktif kegiatan dan berinteraksi sosial cenderung untuk bahagia, tapi ini karakter seseorang secara natural.

Sumber : sindo//tty

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive