Rabu, 11 November 2009
Kebutuhan Tidur, Haruskah 8 Jam?
13.39 |
Diposting oleh
fikirjernih |
Edit Entri
KESULITAN tidur di malam hari amat beragam, dari tidak nyenyak, bermimpi buruk, hingga terjaga semalaman. Padahal, setelah lelah beraktivitas sepanjang hari, tubuh seseorang membutuhkan tidur untuk memulihkan organ-organ yang lelah dan membenahi organ yang rusak.
Tidur juga penting untuk menenangkan pikiran dan mengendurkan kerja otak. Dengan tidur yang cukup, kita akan dapat menyongsong hari dengan tubuh segar dan pikiran jernih. Menurut Psikolog Klinis dan Ahli Gangguan Tidur, Michael J Breus PhD dalam bukunya Good Night: The Sleep Doctor's 4-Week Program to Better Sleep and Better Health, kebutuhan tidur tiap malam yang direkomendasikan ialah sekitar delapan jam.
Dengan berbagai aspek yang memengaruhi kebutuhan tidur seseorang, sebagian besar kalangan dewasa muda tidur sekitar 7,5 jam pada hari kerja dan 8,5 jam pada akhir pekan.
"Namun, kebutuhan setiap individu sangat bervariasi. Ada yang disebut dengan orang yang butuh tidur dengan waktu singkat (short sleepers) yaitu sekitar 5,5 jam dan tidur dengan waktu panjang (long sleepers) hingga 9,5 jam," ujar Breus yang juga tercatat dalam American Board of Sleep Medicine.
Kebutuhan tidur seseorang, lanjut Breus, tergantung beberapa faktor antara lain kebutuhan tidur berdasarkan keturunan, higienitas saat tidur, kualitas tidur, dan kegiatan selama 24 jam per hari atau circadian rhythm. Sebagai contoh, kebiasaan merokok, minum alkohol, dan olahraga dapat memengaruhi kebiasaan tidur secara dramatis.
Kebiasaan yang dilakukan di tempat tidur seperti membaca atau menonton televisi dan paparan cahaya di kamar tidur juga akan mempengaruhi tidur, baik kualitas maupun kuantitasnya.
"Semua ini akan turut berinteraksi untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur hingga bangun dengan perasaan segar sepanjang hari," terang Breus.
Dia menuturkan sebuah studi klasik yang dilakukan terhadap sukarelawan yang ditempatkan di tempat tidur tanpa jendela, cahaya yang dikontrol selama 30 hari. Cahaya dinyalakan selama 16 jam dan dimatikan selama 8 jam. Tapi, dalam studi ini para partisipan juga dapat mematikan atau menyalakan sesuai keinginannya.
Sebelum dimulainya studi tersebut, partisipan tidur sekitar 6,5 jam secara rutin. Kemudian pada malam pertama eksperimen, dia tidur sekitar 8 jam. Pada malam kedua selama 10 jam, lalu malam ketiga selama 12 jam dan pada malam keempat selama 14 jam.
Setelah beberapa hari kemudian, partisipan tersebut mulai mencoba mengurangi waktu tidurnya hingga stabil yaitu sekitar 8 jam 13 menit.
"Eksperimen ini kemudian dilakukan secara berulang-ulang pada berbagai jenis orang dengan hasil yang sama. Dari penelitian ini, rekomendasi untuk tidur selama delapan jam berasal," tegas Breus.
Mengenai kesulitan tidur yang seringkali dialami, Dr Nino Murcia, Pemimpin klinik Insomnia di Stanford, Amerika Serikat mengatakan, dia belum pernah menemukan gangguan tidur yang hanya disebabkan satu faktor saja, melainkan banyak faktor.
"Dalam temuan para ahli, setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni predisposisi psikologis dan biologis, penggunaan obatobatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk," ujar Murcia.
Sumber : sindo//tty
Tidur juga penting untuk menenangkan pikiran dan mengendurkan kerja otak. Dengan tidur yang cukup, kita akan dapat menyongsong hari dengan tubuh segar dan pikiran jernih. Menurut Psikolog Klinis dan Ahli Gangguan Tidur, Michael J Breus PhD dalam bukunya Good Night: The Sleep Doctor's 4-Week Program to Better Sleep and Better Health, kebutuhan tidur tiap malam yang direkomendasikan ialah sekitar delapan jam.
Dengan berbagai aspek yang memengaruhi kebutuhan tidur seseorang, sebagian besar kalangan dewasa muda tidur sekitar 7,5 jam pada hari kerja dan 8,5 jam pada akhir pekan.
"Namun, kebutuhan setiap individu sangat bervariasi. Ada yang disebut dengan orang yang butuh tidur dengan waktu singkat (short sleepers) yaitu sekitar 5,5 jam dan tidur dengan waktu panjang (long sleepers) hingga 9,5 jam," ujar Breus yang juga tercatat dalam American Board of Sleep Medicine.
Kebutuhan tidur seseorang, lanjut Breus, tergantung beberapa faktor antara lain kebutuhan tidur berdasarkan keturunan, higienitas saat tidur, kualitas tidur, dan kegiatan selama 24 jam per hari atau circadian rhythm. Sebagai contoh, kebiasaan merokok, minum alkohol, dan olahraga dapat memengaruhi kebiasaan tidur secara dramatis.
Kebiasaan yang dilakukan di tempat tidur seperti membaca atau menonton televisi dan paparan cahaya di kamar tidur juga akan mempengaruhi tidur, baik kualitas maupun kuantitasnya.
"Semua ini akan turut berinteraksi untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur hingga bangun dengan perasaan segar sepanjang hari," terang Breus.
Dia menuturkan sebuah studi klasik yang dilakukan terhadap sukarelawan yang ditempatkan di tempat tidur tanpa jendela, cahaya yang dikontrol selama 30 hari. Cahaya dinyalakan selama 16 jam dan dimatikan selama 8 jam. Tapi, dalam studi ini para partisipan juga dapat mematikan atau menyalakan sesuai keinginannya.
Sebelum dimulainya studi tersebut, partisipan tidur sekitar 6,5 jam secara rutin. Kemudian pada malam pertama eksperimen, dia tidur sekitar 8 jam. Pada malam kedua selama 10 jam, lalu malam ketiga selama 12 jam dan pada malam keempat selama 14 jam.
Setelah beberapa hari kemudian, partisipan tersebut mulai mencoba mengurangi waktu tidurnya hingga stabil yaitu sekitar 8 jam 13 menit.
"Eksperimen ini kemudian dilakukan secara berulang-ulang pada berbagai jenis orang dengan hasil yang sama. Dari penelitian ini, rekomendasi untuk tidur selama delapan jam berasal," tegas Breus.
Mengenai kesulitan tidur yang seringkali dialami, Dr Nino Murcia, Pemimpin klinik Insomnia di Stanford, Amerika Serikat mengatakan, dia belum pernah menemukan gangguan tidur yang hanya disebabkan satu faktor saja, melainkan banyak faktor.
"Dalam temuan para ahli, setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni predisposisi psikologis dan biologis, penggunaan obatobatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk," ujar Murcia.
Sumber : sindo//tty
Artikel Yang Berhubungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lijit Search Wijit
Blog Archive
-
▼
2009
(48)
-
▼
November
(48)
- Antidepresan Tak Terlalu Efektif Mengatasi Depresi
- Waspadai Kanker Kolorektal
- Ritual Pelengkap Terapi
- Flu Merebak di Musim Hujan
- Tak Mau Gemuk, Cobalah Sarapan Pagi
- Susu Kambing Jadi Pilihan
- Pemulihan Cepat Katarak
- Waspadai DBD dengan Penanganan yang Tepat
- Terobosan Pengobatan Tulang Punggung
- Lahir dari Gen Bahagia
- Berapa Lama Paru-Paru Anda Bertahan?
- Kebutuhan Tidur, Haruskah 8 Jam?
- Katarak Penyebab Kebutaan
- Gemuk Tapi Sehat
- Usia Vs Berat Badan
- Kanker Penyakit Karena Mengubah Gaya Hidup
- Mendeteksi lebih dini kanker Serviks
- Kanker Payudara dan cara Penyembuhan nya
- Macam-macam penyebab Diabetes
- Strees Yang Bertragedi
- Makanan Pengancam Paru-Paru
- Teh Rosella, Penurun Kolesterol Sekaligus Antioksidan
- another benefit from tea
- Jenis Makanan yang Membuat gemuk
- Memahami Metabolisme Glukosa Anda
- Salah Satu cara Menyembuhkan Vertigo
- Sel Punca untuk Obati AIDS dan Diabetes
- Ahli Kesehatan di Yunani Kontra Vaksin Flu Babi
- Normalkah tumbuh kembang Anak ?
- Gangguan pada mata
- Kedelai bagi pasien gagal ginjal
- Pil cocok untuk tunda kehamilan pertama
- Cegah sejak dini, yuk...
- Bukan hanya karena usia lanjut
- Operasi katarak tak lagi menakutkan
- Aturan Main Berkawat Gigi
- Tips Anak umur 12 th masih ngompol
- Pengobatan Sinusitis
- KE KENTALAN DARAH DALAM TUBUH, MENGAPA TERJADI???
- Layanan Kesehatan Jangan Dibedakan
- Penyebab Bengkak Kaki
- Sebaik Apakah Susu bagi Tubuh?
- Minum Susu Justru Sebabkan Osteoporosis?
- INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI MIRINGOPLASTI CANGKOK ...
- Penanganan Gendang Telinga Robek dengan Miringopla...
- Arti Dari Stroke
- Penyakit Varises pada Kantong Zakar
- Menangkal Biang Keringat
-
▼
November
(48)
0 komentar:
Posting Komentar