Rabu, 11 November 2009

Berapa Lama Paru-Paru Anda Bertahan?

TANYAKAN kepada para perokok berapa lama paru-parunya bisa bertahan? Niscaya, mereka pasti akan berhenti merokok.

Para peneliti Inggris telah menemukan sebuah strategi jitu untuk membuat para perokok itu berhenti mengisap tembakau. Caranya mudah, tanyakan kepada para perokok berapa lama paru-paru mereka bisa bertahan?


Teknik itu ditemukan Gary Parkes seorang psikologi keluarga yang tinggal di Herfordshire, London, Inggris. Parkes menemukan teknik ini ketika melakukan penelitian dengan membuat survei dan mengajukan pertanyaan kepada 561 perokok yang berusia lebih dari 35 tahun di Inggris.

"Menanyakan kepada para perokok berapa lama paru-parunya bisa bertahan akan membuat mereka sadar dan menghentikan kebiasaannya merokok," jelas Parkes, seperti dilansir British Medical Journal, pekan ini.

Mengapa harus menanyakan daya tahan paru-paru terhadap seorang perokok? Menurut Parkes, untuk menembak umur seorang perokok dilihat dari kemampuan paru-parunya bertahan. Biasanya, semakin buruk kondisi paru-paru seseorang akibat kebiasaan merokok maka kemampuan bertahan hidupnya pun semakin kecil.

Sebaliknya, bila paru-paru seseorang kondisinya sangat sehat, ada kemungkinan, seseorang bisa bertahan hidup jauh lebih besar. Apalagi, menjauhi kebiasaan merokok yang membuat kondisi paru-paru semakin memburuk.

Studi yang dilakukan Parkes itu menggunakan lima teknik umum kesehatan untuk mengetahui kondisi kesehatan paru-paru para perokok. Tes sederhana ini bisa merekam kemampuan paru-paru menampung volume dan memompa udara ke dalam tubuh.

Setelah menjalani tes, satu kelompok tidak diberi tahu hasil kesehatan yang mereka jalani. Sementara itu, kelompok lain diberi tahu kemampuan paru-parunya dan prediksi sampai kapan bisa berfungsi dengan baik.

Hasil tes kesehatan itu disampaikan dalam bentuk diagram. Biasanya, semakin sering merokok maka grafik kemampuan paru-paru lambat laun akan menurun. Dampaknya, beberapa perokok yang mengetahui kemampuan paru-parunya bertahan langsung berhenti merokok.

Bahkan, setelah setahun kemudian menjalani tes saliva untuk melihat kondisi paru-parunya, sebanyak 13 persen perokok memutuskan berhenti. Terutama yang mengetahui daya tahan paru-parunya sudah merosot sebanyak 6 persen langsung tak merokok.

"Semua orang menginginkan punya tubuh yang sehat. Dengan memberi tahu kondisi kesehatannya akan semakin cepat membantu mereka berhenti merokok. Alasannya, sebagian perokok merasa ketakutan kondisinya akan semakin buruk jika tak segera berhenti merokok," papar Parkes.

Hal itu berbeda dengan kelompok yang tak diberi tahu tentang kondisi kesehatannya. Mereka tetap tenang dan melanjutkan kebiasaannya merokok tanpa khawatir terkena berbagai dampak buruk yang ditimbulkan rokok tersebut.

Penelitian tersebut dilakukan Parkes untuk membantah sebuah penelitian yang menyatakan bahwa pemberian informasi kondisi kesehatan seseorang tak memengaruhi kebiasaan buruk mereka, khususnya bagi para perokok.

Parkes merasa prihatin dengan kondisi perokok tersebut. Sebab, setiap tahun ada sekitar 4 juta orang di dunia yang meninggal karena kebiasaan merokok. Dengan penelitian ini malah diketahui bahwa memberikan informasi kesehatan seseorang bisa menjadi solusi murah dan mudah untuk mengurangi jumlah perokok itu. "Soal biaya, jika Anda suka cara ini, tentu lebih murah dibandingkan program lain," tandas Parkes.

Sumber : Sindo Sore//tty

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive