Kamis, 27 Mei 2010

Jika bernapas terasa menyiksa


Apa yang tebersit di benak, kala mendengar kata “asma”? Mungkin tak jauh-jauh dari bayangan mengenai mengi atau penyakit saluran pernapasan yang membuat penderitanya sesak napas disertai bunyi saat bernapas. Bernapas yang seharusnya menjadi kegiatan penyambung hidup manusia terasa sangat berat dan menyiksa saat asma menyerang.

Pandangan itu tak salah. Menurut ahli paru RS Islam Solo, dr H Chrisriato EN SpP, asma dikategorikan sebagai penyakit pada saluran pernapasan yang terjadi akibat inflamasi pada saluran tersebut. “Biasanya timbul karena hipersensitivitas pada zat tertentu. Orang awam menyebutnya alergi,” jelas pria yang juga menjabat sebagai Direktur Medis RS Islam Solo itu.

Faktor pencetus
Pada banyak kasus, asma dan alergi terbukti memiliki kaitan yang sangat erat. Tubuh seseorang yang alergi pada zat tertentu —sebut saja dengan debu misalnya— bakal mengeluarkan reaksi berlebih saat terpapar. Salah satu reaksinya, boleh jadi berupa penyempitan saluran pernapasan, disertai sekresi lendir berlebih. Akibatnya, udara yang keluar masuk melalui saluran pernapasan pun semakin sedikit dan penderita merasa napasnya sesak.

Namun, alergi diketahui bukan satu-satunya faktor pencetus serangan asma. Udara dingin dan stres juga punya potensi memicu serangan asma. “Mekanismenya tak jauh berbeda dengan alergi. Saat stres, tubuh penderita asma akan meresponsnya dengan penyempitan saluran pernapasan,” jelas dr Chrisrianto lagi.

Disebut faktor pencetus karena hingga kini dunia medis belum berhasil menyimpulkan apa penyebab asma sesungguhnya. Hanya, serangan asma diketahui baru muncul apabila si penderita terpapar faktor pencetus seperti alergi, suhu dingin, infeksi saluran pernapasan semacam flu, aktivitas fisik berlebih dan stres.

Asma sendiri bukan penyakit menular, tetapi penyakit ini bersifat genetik atau diturunkan. Maka, coba telaah kembali apakah ada yang mengidap asma dalam garis keturunan Anda. Apabila iya, besar kemungkinan Anda atau keturunan Anda juga berpotensi mengalami serangan asma.

Gejala serangan asma cukup variatif, bergantung pada kadar sensitivitas. Pada serangan asma ringan, pasien biasanya hanya mengalami batuk tak berdahak. Pada serangan yang lebih berat, napas mulai terasa sesak. Rasanya seperti ada tali yang membelit dada dengan kencang sehingga paru-paru tak leluasa menggembung untuk mengumpulkan udara sebanyak-banyaknya.

Pada serangan yang makin berat, setiap tarikan napas penderita akan disertai bunyi “ngik..ngik” atau bunyi grok-grok. Sedangkan pada serangan asma yang lebih berat lagi, kesadaran pasien bisa saja menurun lantaran pasokan oksigen ke otak berkurang.

“Terhambatnya pernapasan, mengakibatkan sirkulasi oksigen juga tidak lancar, sehingga kesadaran menurun. Selain itu, beberapa bagian tubuh juga bisa terasa pegal-pegal karena kekurangan pasokan oksigen,” tukas dr Chris lagi.

Asma rupanya cukup selektif memilih waktu kambuh. Ia pun memilih tengah malam hingga menjelang pagi sebagai waktu ideal untuk melakukan serangan. Nah, menurut dr Chris, hal ini bukannya tanpa alasan. Malam hari, saat suhu udara mencapai titik tertentu, hormon tubuh golongan kortikosteroid yang berfungsi mencegah peradangan akan menurun aktivitasnya. Akibatnya peradangan pada saluran pernapasan lebih mudah terjadi.


Sumber
Solopos.com


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive