Rabu, 05 Mei 2010
Membangun Saling Percaya
06.21 |
Diposting oleh
fikirjernih |
Edit Entri
Cinta dan kebahagiaan dalam perkawinan terkait erat dengan tiga elemen kepercayaan: predictability, dependability, dan faith. Apa dan bagaimana itu?
Walau ada juga orang yang menikah mendadak, seperti dalam sinetron, umumnya untuk memasuki hidup perkawinan, seseorang bersama pasangannya memerlukan persiapan yang cukup panjang. Ada yang melalui masa pacaran dalam hitungan setahun atau beberapa tahun, dan ada pula yang masa pacarannya berlangsung hingga belasan tahun.
Saling jatuh cinta saja seringkali belum cukup membuat orang langsung menikah, meskipun ada juga yang nekat melakukannya. Pada umumnya setelah saling jatuh cinta, para pasangan masih memerlukan proses membina hubungan hingga mereka benar-benar mantap sebagai pasangan. Dan pada umumnya dengan pernikahan seseorang ingin hidup bahagia sepanjang masa bersama pasangan.
Seperti halnya dalam dunia bisnis yang mensyaratkan adanya kepercayaan para pelanggan supaya bisnis dapat terus berkembang, dalam perkawinan kita juga perlu membina rasa saling percaya agar memiliki jaminan hubungan jangka panjang. Dengan dicapainya rasa saling percaya, kita dapat melewati hidup bersama pasangan secara lebih tenang, tanpa banyak konflik.
Perkembangan Hubungan
Sungguh terasa sangat manis ketika menjumpai berbagai pasangan muda yang memasuki gerbang perkawinan dengan masa pacaran yang cukup, dan memasuki perkawinan dengan mantap. Ketika memasuki perkawinan keduanya telah meyakini kualitas pribadi pasangan dan optimis akan hidup bahagia bersama.
Sebagian dari pasangan bahagia ini adalah orang-orang muda yang memiliki kepribadian relatif stabil, dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis.
Ada yang melewati masa-masa pacaran tanpa banyak gejolak, sebagian yang lain telah melalui masa-masa pengembangan hubungan yang bergejolak. Cemburu atau rasa kurang percaya merupakan hal yang cukup lumrah terjadi ketika dua insan mulai membangun komitmen hubungan jangka panjang.
Untuk memahami hal ini, kita lihat tahapan pengembangan hubungan percintaan (Deaux et al., 1993):
- Tahap pertama, tahap perkenalan
Pada tahap ini terbentuk kesan pertama, dan selanjutnya terjadi interaksi.
- Tahap kedua, pembentukan hubungan yang nyata
Pada tahap ini terjadi peningkatan saling ketergantungan. Terjadi peningkatan interaksi dan kehendak untuk saling membuka diri; mulai meluangkan waktu dan energi untuk hubungan tersebut; mengoordinasikan aktivitas satu sama lain; dan mengantisipasi interaksi yang menyenangkan di masa yang akan datang.
- Tahap ketiga, tahap mempererat hubungan
Kemajuan dalam tahap ini tidak selalu mulus. Dapat terjadi ketegangan di antara keduanya. Contohnya, pasangan yang bercinta sering mengidealkan pasangannya, tetapi akhirnya menemukan karakteristik tidak ideal pada pasangannya.
Pada tahap ini kemungkinan terjadi kecemburuan, sebagai akibat pertumbuhan komitmen. Terdapat ungkapan, “Cemburu selalu lahir bersamaan dengan lahirnya cinta”.
Pada laki-laki, kecemburuan seringkali berhubungan dengan harga diri (self-esteem) atau status. Sementara pada perempuan, kecemburuan terutama berhubungan dengan ketergantungan yang kuat terhadap hubungan itu sendiri.
- Tahap keempat, merupakan tahap perkembangan komitmen yang nyata
Pada tahap ini terjadi perubahan perasaan-perasaan dan perilaku. Salah satu perubahan yang ada adalah terjadinya peningkatan kepercayaan (trust).
Pada beberapa kasus, perkembangan komitmen nyata yang dicapai pada tahap keempat ini merupakan hasil perkembangan dari cinta. Meski demikian, pada kasus di mana masyarakat mengatur perkawinan sebagai suatu keharusan, komitmen merupakan hasil dari kesepakatan formal, dan selanjutnya keterlibatan emosional serta cinta berkembang mengikuti lahirnya komitmen tersebut.
Elemen Kepercayaan
Dengan memahami tahapan lumrah pengembangan hubungan percintaan di atas, kita dapat melihat bahwa cukup normal bila dalam mencapai komitmen hubungan jangka panjang, sebelumnya suatu pasangan melalui proses yang cukup bergejolak.
Hal ini terjadi justru sejak hubungan memasuki tahapan mempererat hubungan. Bila mereka berhasil menyesuaikan diri dalam tahapan ini, selanjutnya dapat terbentuk rasa percaya terhadap pasangan.
Kepercayaan terhadap pasangan seringkali kita pahami secara sederhana sebagai keadaan tidak adanya kecurigaan terhadap pasangan, bahwa dia tidak bakal selingkuh atau tidak akan membohongi kita.
Sebenarnya untuk dapat benar-benar mencapai rasa saling percaya yang mendalam, terdapat beberapa elemen yang tidak terlalu sederhana. Dalam hubungan yang dalam, cinta dan kebahagiaan terkait erat dengan tiga elemen kepercayaan ini.
Deaux dkk. menyebutkan adanya tiga macam kepercayaan terhadap pasangan:
Pertama, kepercayaan yang mencakup predictability, yaitu kemampuan untuk meramalkan apa yang akan dilakukan pasangannya. Hal ini dapat dicapai dengan berjalannya waktu, melalui pengalaman sepanjang hubungan yang telah dilewati.
Bila kita telah merasa cukup memahami karakter pasangan, tidak ada lagi rasa khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan pasangan melakukan hal-hal yang tak diduga, kita akan dapat meramalkan apa yang akan dilakukan pasangan. Hal ini tentu akan memberikan rasa nyaman.
Kedua, kepercayaan yang berimplikasi dependability, yaitu mengembangkan asumsi tertentu tentang karakteristik dan kecenderungan-kecenderungan internal dari pasangannya. Hal ini berarti kita telah mampu mengembangkan pengertian-pengertian tertentu mengenai karakteristik pasangan.
Contohnya, kita memahami bahwa pasangan kita memiliki kecenderungan keras kepala, terkait dengan latar belakangnya pendidikan keluarganya yang keras dan bersifat menekan.
Atau kita memahami bahwa pasangan kita menyukai situasi tertentu dan tidak menyukai situasi yang lain. Seperti halnya dependability, elemen kepercayaan ini diperoleh berdasarkan pengalaman dan fakta yang telah lewat.
Ketiga, kepercayaan yang berimplikasi faith. Pada tahap ini orang memandang ke depan, yakin bahwa outcome (hasil) tertentu akan dicapai. Ini berarti bahwa telah berkembang keyakinan bahwa dengan menjalani hidup bersama pasangan, kita akan mencapai hal-hal tertentu yang kita dambakan.
Menerima Pasangan Apa Adanya
Mempererat hubungan merupakan tahap yang sangat menentukan, apakah kita dapat mencapai rasa saling percaya dengan pasangan atau tidak. Meskipun sebagian pasangan telah mengambil komitmen hubungan jangka panjang, katakanlah menikah, belum tentu benar-benar telah mencapai kepercayaan yang mencakup tiga elemen tersebut di atas.
Itulah sebabnya, tidak jarang sepanjang perkawinan masih banyak pasangan yang masih belum dapat mencapai rasa saling percaya. Bila hal ini terjadi, yang perlu diusahakan adalah dengan terus mengusahakan keterbukaan.
Bila kita mengharapkan pasangan lebih terbuka, yang diperlukan adalah kesediaan kita untuk menciptakan rasa nyaman bagi pasangan sepanjang interaksi dengannya. Kenyamanan dalam interaksi dapat tercipta bila kita memberikan rasa penerimaan terhadap pasangan sebagaimana dia adanya.
Bagaimana kita dapat menerima pasangan sebagaimana dia adanya? Sekalipun pasangan kita bukan orang sempurna (seperti kita sendiri tidak pernah sempurna), kita dapat menerima dia sebagaimana adanya bila komitmen perkawinan kita cukup murni, tidak dicampuri oleh motif tertentu yang bersifat egoistis.
Sebuah penelitian terhadap subjek yang rata-rata umurnya 38,1 tahun dan telah berpasangan rata-rata selama 12,6 tahun, menemukan bahwa individu yang berpasangan dalam jangka panjang yang motivasi komitmennya bersifat internal (benar-benar karena pilihannya; bukan karena menghasilkan reward, menghindari punishment, atau menghindari rasa bersalah), merasakan apa yang mereka lakukan sebagai pasangan sebagai hal yang menyenangkan. Persepsi semacam ini berhubungan langsung dengan kebahagiaan mereka dalam berelasi.
Pengirim: Dian Puspita
Sumber
http://www.dechacare.com
Walau ada juga orang yang menikah mendadak, seperti dalam sinetron, umumnya untuk memasuki hidup perkawinan, seseorang bersama pasangannya memerlukan persiapan yang cukup panjang. Ada yang melalui masa pacaran dalam hitungan setahun atau beberapa tahun, dan ada pula yang masa pacarannya berlangsung hingga belasan tahun.
Saling jatuh cinta saja seringkali belum cukup membuat orang langsung menikah, meskipun ada juga yang nekat melakukannya. Pada umumnya setelah saling jatuh cinta, para pasangan masih memerlukan proses membina hubungan hingga mereka benar-benar mantap sebagai pasangan. Dan pada umumnya dengan pernikahan seseorang ingin hidup bahagia sepanjang masa bersama pasangan.
Seperti halnya dalam dunia bisnis yang mensyaratkan adanya kepercayaan para pelanggan supaya bisnis dapat terus berkembang, dalam perkawinan kita juga perlu membina rasa saling percaya agar memiliki jaminan hubungan jangka panjang. Dengan dicapainya rasa saling percaya, kita dapat melewati hidup bersama pasangan secara lebih tenang, tanpa banyak konflik.
Perkembangan Hubungan
Sungguh terasa sangat manis ketika menjumpai berbagai pasangan muda yang memasuki gerbang perkawinan dengan masa pacaran yang cukup, dan memasuki perkawinan dengan mantap. Ketika memasuki perkawinan keduanya telah meyakini kualitas pribadi pasangan dan optimis akan hidup bahagia bersama.
Sebagian dari pasangan bahagia ini adalah orang-orang muda yang memiliki kepribadian relatif stabil, dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis.
Ada yang melewati masa-masa pacaran tanpa banyak gejolak, sebagian yang lain telah melalui masa-masa pengembangan hubungan yang bergejolak. Cemburu atau rasa kurang percaya merupakan hal yang cukup lumrah terjadi ketika dua insan mulai membangun komitmen hubungan jangka panjang.
Untuk memahami hal ini, kita lihat tahapan pengembangan hubungan percintaan (Deaux et al., 1993):
- Tahap pertama, tahap perkenalan
Pada tahap ini terbentuk kesan pertama, dan selanjutnya terjadi interaksi.
- Tahap kedua, pembentukan hubungan yang nyata
Pada tahap ini terjadi peningkatan saling ketergantungan. Terjadi peningkatan interaksi dan kehendak untuk saling membuka diri; mulai meluangkan waktu dan energi untuk hubungan tersebut; mengoordinasikan aktivitas satu sama lain; dan mengantisipasi interaksi yang menyenangkan di masa yang akan datang.
- Tahap ketiga, tahap mempererat hubungan
Kemajuan dalam tahap ini tidak selalu mulus. Dapat terjadi ketegangan di antara keduanya. Contohnya, pasangan yang bercinta sering mengidealkan pasangannya, tetapi akhirnya menemukan karakteristik tidak ideal pada pasangannya.
Pada tahap ini kemungkinan terjadi kecemburuan, sebagai akibat pertumbuhan komitmen. Terdapat ungkapan, “Cemburu selalu lahir bersamaan dengan lahirnya cinta”.
Pada laki-laki, kecemburuan seringkali berhubungan dengan harga diri (self-esteem) atau status. Sementara pada perempuan, kecemburuan terutama berhubungan dengan ketergantungan yang kuat terhadap hubungan itu sendiri.
- Tahap keempat, merupakan tahap perkembangan komitmen yang nyata
Pada tahap ini terjadi perubahan perasaan-perasaan dan perilaku. Salah satu perubahan yang ada adalah terjadinya peningkatan kepercayaan (trust).
Pada beberapa kasus, perkembangan komitmen nyata yang dicapai pada tahap keempat ini merupakan hasil perkembangan dari cinta. Meski demikian, pada kasus di mana masyarakat mengatur perkawinan sebagai suatu keharusan, komitmen merupakan hasil dari kesepakatan formal, dan selanjutnya keterlibatan emosional serta cinta berkembang mengikuti lahirnya komitmen tersebut.
Elemen Kepercayaan
Dengan memahami tahapan lumrah pengembangan hubungan percintaan di atas, kita dapat melihat bahwa cukup normal bila dalam mencapai komitmen hubungan jangka panjang, sebelumnya suatu pasangan melalui proses yang cukup bergejolak.
Hal ini terjadi justru sejak hubungan memasuki tahapan mempererat hubungan. Bila mereka berhasil menyesuaikan diri dalam tahapan ini, selanjutnya dapat terbentuk rasa percaya terhadap pasangan.
Kepercayaan terhadap pasangan seringkali kita pahami secara sederhana sebagai keadaan tidak adanya kecurigaan terhadap pasangan, bahwa dia tidak bakal selingkuh atau tidak akan membohongi kita.
Sebenarnya untuk dapat benar-benar mencapai rasa saling percaya yang mendalam, terdapat beberapa elemen yang tidak terlalu sederhana. Dalam hubungan yang dalam, cinta dan kebahagiaan terkait erat dengan tiga elemen kepercayaan ini.
Deaux dkk. menyebutkan adanya tiga macam kepercayaan terhadap pasangan:
Pertama, kepercayaan yang mencakup predictability, yaitu kemampuan untuk meramalkan apa yang akan dilakukan pasangannya. Hal ini dapat dicapai dengan berjalannya waktu, melalui pengalaman sepanjang hubungan yang telah dilewati.
Bila kita telah merasa cukup memahami karakter pasangan, tidak ada lagi rasa khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan pasangan melakukan hal-hal yang tak diduga, kita akan dapat meramalkan apa yang akan dilakukan pasangan. Hal ini tentu akan memberikan rasa nyaman.
Kedua, kepercayaan yang berimplikasi dependability, yaitu mengembangkan asumsi tertentu tentang karakteristik dan kecenderungan-kecenderungan internal dari pasangannya. Hal ini berarti kita telah mampu mengembangkan pengertian-pengertian tertentu mengenai karakteristik pasangan.
Contohnya, kita memahami bahwa pasangan kita memiliki kecenderungan keras kepala, terkait dengan latar belakangnya pendidikan keluarganya yang keras dan bersifat menekan.
Atau kita memahami bahwa pasangan kita menyukai situasi tertentu dan tidak menyukai situasi yang lain. Seperti halnya dependability, elemen kepercayaan ini diperoleh berdasarkan pengalaman dan fakta yang telah lewat.
Ketiga, kepercayaan yang berimplikasi faith. Pada tahap ini orang memandang ke depan, yakin bahwa outcome (hasil) tertentu akan dicapai. Ini berarti bahwa telah berkembang keyakinan bahwa dengan menjalani hidup bersama pasangan, kita akan mencapai hal-hal tertentu yang kita dambakan.
Menerima Pasangan Apa Adanya
Mempererat hubungan merupakan tahap yang sangat menentukan, apakah kita dapat mencapai rasa saling percaya dengan pasangan atau tidak. Meskipun sebagian pasangan telah mengambil komitmen hubungan jangka panjang, katakanlah menikah, belum tentu benar-benar telah mencapai kepercayaan yang mencakup tiga elemen tersebut di atas.
Itulah sebabnya, tidak jarang sepanjang perkawinan masih banyak pasangan yang masih belum dapat mencapai rasa saling percaya. Bila hal ini terjadi, yang perlu diusahakan adalah dengan terus mengusahakan keterbukaan.
Bila kita mengharapkan pasangan lebih terbuka, yang diperlukan adalah kesediaan kita untuk menciptakan rasa nyaman bagi pasangan sepanjang interaksi dengannya. Kenyamanan dalam interaksi dapat tercipta bila kita memberikan rasa penerimaan terhadap pasangan sebagaimana dia adanya.
Bagaimana kita dapat menerima pasangan sebagaimana dia adanya? Sekalipun pasangan kita bukan orang sempurna (seperti kita sendiri tidak pernah sempurna), kita dapat menerima dia sebagaimana adanya bila komitmen perkawinan kita cukup murni, tidak dicampuri oleh motif tertentu yang bersifat egoistis.
Sebuah penelitian terhadap subjek yang rata-rata umurnya 38,1 tahun dan telah berpasangan rata-rata selama 12,6 tahun, menemukan bahwa individu yang berpasangan dalam jangka panjang yang motivasi komitmennya bersifat internal (benar-benar karena pilihannya; bukan karena menghasilkan reward, menghindari punishment, atau menghindari rasa bersalah), merasakan apa yang mereka lakukan sebagai pasangan sebagai hal yang menyenangkan. Persepsi semacam ini berhubungan langsung dengan kebahagiaan mereka dalam berelasi.
Pengirim: Dian Puspita
Sumber
http://www.dechacare.com
Artikel Yang Berhubungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lijit Search Wijit
Blog Archive
-
▼
2010
(1196)
-
▼
Mei
(231)
- Kenali Tipe Anemia
- Wanita Wajib Berani Berkata Tidak Pada Rokok
- Kenali Kepribadian Berdasarkan Urutan Lahir
- Penderita Diabetes di Indonesia Meningkat
- Tidur dengan Hewan Peliharaan, Sehatkah?
- Gigi Terawat, Jantung Sehat
- 9 Cara Lindungi Sendi
- Panduan Memberikan Susu Formula pada Bayi
- 5 Makanan Wajib Dihindari Saat Berkencan
- 10 Makanan Beracun yang Sering Sekali Kita Makan
- Bermusuhan Bikin Jantung Tidak Sehat
- Empat Tes Kesehatan Sederhana
- Bau Badan Seringkali Hanya Hayalan
- Warga Desa Hidup Lebih Lama
- Perempuan Mendesah Miliki Daya Tarik Seksual
- Postur Yoga Ampuh Atasi Depresi
- Enam Langkah Alami Redakan Sakit Punggung
- Sembilan Pemicu Depresi
- Probiotik Atasi Flu, Bau Napas, dan Alergi
- Ekstrak Daun Bambu Sehatkan Jantung
- Makin Sehat, Ereksi Makin Keras
- 'Video Games' Picu Perilaku Agresif
- IDI Bantah Isu Minuman Aspartan
- Kurangi Gula, Hipertensi Terkendali
- Cara Ampuh Menurunkan Berat badan
- Enam Cara Baru Kuatkan Memori
- Varenicline, Solusi Berhenti Merokok
- Bahaya Rokok bagi Si Pasif
- Dampingi Perokok yang Mau Berhenti
- NTT akan gratiskan pelayanan ibu melahirkan
- Perokok pasif berisiko terserang sinus kronis
- Scrub murah untuk kaki indah
- Bekerja dengan komputer, waspadai CVS
- Kapan harus curiga demam berdarah?
- Sekali menyerang, asma akan setia
- Jika bernapas terasa menyiksa
- Hati-hati, komputer bisa timbulkan penyakit stres
- Kasus HIV/AIDS di Sumenep tinggi
- Tidur malam tak nyenyak hambat pemanfataan insulin
- Empat pertanyaan umum seputar haid
- Debu dan asap rokok penyebab utama asma
- Efek buruk rokok bagi kecantikan
- Andai “si adik” tak mau tidur
- Masih fokus untuk kanker paru
- Bedah beku, harapan baru penderita kanker
- Beri nutrisi untuk kulit
- Pertolongan pertama tiga kecelakaan di rumah
- Makanan ibu saat hamil pengaruhi otak anak
- Bikin molek sampai tua
- Hubungan kanker dan ponsel belum kuat
- Kurangi lelah mata dengan relaksasi
- Kurangi nyeri otot dengan jahe
- Lemak di Perut tingkatkan risiko kepikunan
- Virus Kuda ‘Hendra’ ancam manusia
- Butuh perawatan ekstra
- Tetap bisa tampil cantik
- Yuk, unjuk gigi dengan kawat gigi
- Kenali gangguan kesehatan lewat warna rambut
- Vaksin untuk membantu berhenti merokok
- Pengobatan Herbal Atasi Stretch Mark
- Kenali Tanda-tanda Penyakit Stroke
- Polusi di Perkotaan Picu Hipertensi
- Deteksi Penyakit Lewat Kondisi Mulut
- Tertawa Bisa Meningkatkan Nafsu Makan?
- Alergi Tingkatkan Imunitas Terhadap Kanker
- Perusak Gigi Anak Tak Hanya Permen
- Keajaiban Bunga Mawar Bagi Tubuh
- Aturan Facial Sesuai Jenis Kulit
- Wanita Rentan Alami Gangguan Jiwa Ringan
- Ukuran Ginjal, Kunci Sukses Transplantasi
- RS Berikan Jamu sebagai Rujukan Obat
- Cegah Alzheimer dengan Bir
- Stres Picu Jerawat
- Mengukur Kebutuhan Suplemen
- Bahaya Mengintai di Kolam Renang
- Cokelat Hirup, Pengganti Camilan
- Lingkungan Kerja Bisa Cetuskan Asma
- Supaya Tubuh Kebal Virus
- Viagra Bikin Tuli
- Memindai Otak Bisa Mendeteksi Dini Autism
- Lampiaskan Kenikmatan Lewat Desahan
- Ini Dia Coklat Anti Keriput
- Masalah pada Sperma Pria
- Tempat Tidur Tepat, Punggung Sehat
- Vegetarian Bebas Diabetes?
- Kulit Putih Alami dengan Masker Kiwi
- Stop Kecanduan Makanan!
- Cantik dan Sehat Berkat Pepaya
- Gangguan Jiwa Bisa Dideteksi Sejak Usia Dini
- Bebas Sembelit dan Diare Berkat Sawo
- Yuk, Imunisasi Saat Dewasa!
- Aman Mengolah Tanaman Herbal
- Penanganan Perdarahan pada Mata
- Herbal, Warisan Sehat sejak Lampau
- Anak Susah Makan? Ini Solusinya!
- Awas, Buah & Sayur Bisa Picu Gangguan Mental
- Langsing Instan dengan Empat Cara Unik
- 10 Cara Sederhana Hindari Sakit
- Kuman-kuman Punya Pulau di Lautan
- Menghilangkan Noda Bekas Jerawat
-
▼
Mei
(231)
0 komentar:
Posting Komentar