Minggu, 02 Mei 2010

Vitamin E Berpotensi Obati Penyakit Liver


Masyarakat kebanyakan yang mengidap obesitas serta penyakit liver serta tidak mengetahui cara pengobatan, dikejutkan dengan keuntungan dari konsumsi pil vitamin E.

Tampaknya ini pertama kali bagi suplemen vitamin untuk memberi dampak bagi pengobatan penyakit utama, bukan hanya kekurangan nutrisi. Bagaimanapun, dokter memperingatkan bahwa ini tidak serta-merta individu harus mengkonsumsi vitamin E, mengingat beberapa peneliti menganggap bahwa hal ini mungkin saja meningkatkan risiko penyakit lain.

Studi terbaru ini mengambil contoh pada penderita penyakit liver yang obesitas dan tidak mengkonsumsi alkohol. Orang bertubuh gemuk dapat terkena penyakit liver dan mengakibatkan peradangan serta luka yang belum sembuh beberapa waktu di sejumlah kasus, bahkan hingga rusak

Penyakit ini seringkali dialami individu yang berusia menengah serta menderita kelebihan berat badan. Lebih dari 5% orang Amerika mengidap penyakit serius ini, serta lebih dari 20% memiliki lemak di liver mereka namun tidak dengan kerusakan organ lain

Di dalam penelitian yang diterbitkan online oleh New England Journal of Medicine, 247 remaja dengan penyakit liver yang berlemak secara acak diminta konsumsi vitamin E dengan dosis tinggi (800 unit internasional), obat diabetes Actos atau pil contoh setidaknya dua tahun.

Vitamin dan obat-obatan ini diuji coba karena penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kerusakan sel liver dan kekebalan insulin mungkin saja berhubungan dengan perkembangan penyakit liver ini.

Biopsi sebelum dan sesudah pengobatan ini menunjukkan bahwa fungsi liver telah meningkat hingga 43% dari grup pengguna vitamin E, dibandingkan dengan 19% di kelompok placebo.

“Dengan segala kejujuran, saya sangat terkejut,” ungkap Kepala Peneliti Dr Arun Sanyal dari Virginia Commonwealth University. “Vitamin sebelumnya tidak digunakan untuk mengobati penyakit yang serius dimana bukan karena kekurangan nutrisi tertentu.”

Kekurangan vitamin telah dianggap sebagai penyebab meningkatnya masalah liver, mulai dari rakhitis hingga osteoporosis karena kekurangan vitamin D, ataupun penyakit kudis karena kekurangan vitamin C.

Partisipan studi dari kelompok obat diabetes Actos juga mengalami perkembangan. Namun untuk tingkat yang lebih rendah dan dengan sebuah kelemahan yaitu peningkatan berat rata-rata 10 pon, yang meyakinkan mereka untuk berhenti mengkonsumsi obat tersebut.

Empat individu yang gunakan vitamin E mengalami diabetes. Namun penelitian ini terlalu lingkup kecil untuk menjustifikasi bahwa penggunaan vitamin ini memiliki peranan untuk terjadinya penyakit tersebut.

National Institutes of Health merupakan sponsor utama dari penelitian ini. Anak perusahan farmasi AS yang berbasis di Jepang, Takeda Pharmaceutical, mengembangkan obat-obatan dan produsen suplemen asal California menyuplai kapsul vitamin E ini. Sanyal, pemimpin penelitian, telah menerima biaya konsultasi dari Takeda atau perusahaan lain.

Ahli liver, Dr Sammy Saab dari University of California, Los Angeles, percaya bahwa vitamin E dapat berpotensi menjadi pengobatan awal dari kasus lanjutan penyakit liver.

“Bagi pasien yang benar-benar berisiko terkena penyakit liver, saya rasa ini cukup layak. Bagi sebagian besar yang menderita lemak di hati, saya tidak yakin ini dapat membantu mereka,” jelas Saab yang tidak memiliki hubungan dengan penelitian ini.

Dr. Zobair Younossi, direktur eksekutif dari lembaga penelitian nonprofit, Inova Health System di Virginia, mengatakan bahwa penderita lemak di liver yang tidak mengkonsumsi alkohol setidaknya harus mengubah gaya hidup mereka seperti makan dengan diet kesehatan serta olahraga untuk mengurangi berat beberapa pon.

Meskipun vitamin E mungkin membantu beberapa individu dengan penyakit liver dan berkaitan dengan obesitas, “Saya tidak akan mulai konsumsi vitamin E tanpa diskusi sebelumnya dengan dokter,” jelas Younossi yang tidak memiliki hubungan dengan penelitian tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir kelebihan konsumsi suplemen vitamin sebagai cara pengobatan penyakit utama tidak berkembang luas. Pada 2008, sebuah penelitian menemukan bahwa vitamin C dan E tidak mengobati penyakit jantung bagi pria, dan vitamin E tampaknya meningkatkan risiko pendarahan stroke. Studi lain juga menemukan fakta bahwa beberapa suplemen tidak membantu mengobati kanker bagi pria. [mor]


Sumber
INILAH.COM, Jakarta

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive