Senin, 10 Mei 2010

Mitos dan Fakta Seputar Vitamin


MASIH bergantung pada suplemen vitamin untuk menjaga kesehatan tubuh? Ada baiknya mulai mempertimbangkan ulang. Pasalnya, penelitian baru-baru ini mengindikasikan bahwa konsumsi multivitamin harian merupakan aktivitas menghambur-hamburkan uang.

Berikut beberapa mitos dan fakta seputar vitamin yang bisa menjadi panduan Anda dalam menentukan pilihan.

Mitos: Multivitamin bisa ganti diet yang buruk
Tahun lalu, peneliti mempublikasikan temuan baru dari Women's Health Initiative, studi jangka panjang yang melibatkan lebih dari 160.000 perempuan usia paruh baya. Data menunjukkan, pengguna multivitamin tidak lebih sehat dibandingkan mereka yang tidak menggunakan pil. Hal ini paling tidak terlihat pada penyakit besar, seperti kanker, penyakit jantung dan stroke.

"Perempuan dengan diet buruk sekali pun tidak terbantu dengan penggunaan multivitamin," tutur penulis studi Marian Neuhouser, PhD, dari Fred Hutchinson Cancer Research Center, di Seattle, seperti dikutip situs rd.com. Multivitamin, terang Neuhouser, kemungkinan mengandung dua lusin komponen. Tapi tumbuh-tumbuhan, terang dia, mengandung ratusan komponen bermanfaat lainnya."Jika Anda hanya menggunakan multivitamin, Anda kehilangan banyak komponen yang kaya manfaat."

Mitos: Vitamin C lawan flu
Pada 1970-an, Nobel laureate Linus Pauling mempopulerkan ide bahwa vitamin C bisa mencegah flu. Sekarang ini, toko obat penuh dengan obat-obatan berbahan dasar vitamin C. Akan tetapi, studi-studi mengingatkan agar pembeli lebih berhati-hati.

Pada 2007, peneliti menganalisis serangkaian studi yeng telah dilakukan sebelumnya dengan melibatkan lebih dari 11.000 partisipan. Peneliti menemukan, vitamin C tidak bisa mencegah flu, kecuali di antara pelari maraton, pemain ski, dan tentara yang sedang latihan di subartic.

Mitos: Pil vitamin bisa cegah penyakit jantung
Hasil analisis terhadap tujuh percobaan vitamin E menyimpulkan bahwa vitamin tersebut tidak mengurangi risiko stroke atau kematian akibat penyakit jantung. Selain itu, studi tersebut juga meneliti delapan studi mengenai beta-karoten. Peneliti menemukan, suplemen tersebut tidak mencegah penyakit jantung dan justru meningkatkan risiko kematian. Studi-studi besar lainnya juga menunjukkan bahwa vitamin C dan B tidak efektif melindungi jantung.

Asosiasi Jantung Amerika (American Heart Association/AHA) juga tidak menganjurkan Anda menggunakan pil tersebut. Daripada menggunakan pil vitamin, AHA lebih menganjurkan Anda mengonsumsi diet yang kaya buah, sayuran serta whole grain.

Mitos: Vitamin bisa cegah kanker
Peneliti mengetahui bahwa molekul tidak stabil yang dikenal dengan radikal bebas bisa merusak sel-sel DNA Anda, sehingga meningkatkan risiko kanker. Peneliti juga mengetahui bahwa antioksidan bisa menstabilkan radikal bebas. Dari sisi teori, antioksidan ini membuat radikal bebas lebih tidak berbahaya. Jadi, mengapa tidak perlu menambah antioksidan ekstra sebagai perlindungan? Karena sejauh ini, peneliti tidak menemukan bukti bahwa menggunakan pil bisa mencegah kanker.

Sejumlah studi telah mencoba dan gagal menemukan manfaatnya. Studi yang dilakukan baru-baru ini juga menemukan hasil yang sama. Dalam studi ini, peneliti secara acak memberikan placebo atau vitamin B combo kepada 5.442 partisipan perempuan. Selama tujuh tahun, semua perempuan tersebut mengalami kejadian kanker dan kematian akibat kanker yang sama.

Mitos: Vitamin aman
Sebelumnya, vitamin diyakini aman dan tidak menimbulkan bahaya apa pun. Akan tetapi, terang epidemiologist gizi dari National Cancer Institute, Demetrius Albanes, MD, serangkain studi skala besar telah menentang keyakinan tersebut.

Perubahan pandangan ini bermula dari studi yang mempelajari pil beta-karoten. Studi tersebut melihat apakah antioksidan bisa mencegah kanker paru-paru. Tapi, peneliti justru menemukan peningkatan jumlah kanker dan kematian di antara perokok yang menggunakan suplemen tersebut. Studi setelahnya juga menemukan bahwa temuan tersebut bukanlah kebetulan semata. Ada kemungkiann bahwa dalam kondisi tertentu, pil antioksidan bisa memicu kanker (baik pada laki-laki maupun perempuan). Studi-studi lain juga meningkatkan kekhawatiran bahwa asam folat dosis tinggi bisa meningkatkan risiko kanker usus besar.

Vitamin aman jika diperoleh dari makanan. Tapi dalam bentuk pil, terang Albanes, pil vitamin berkerja seperti obat yang berpotensi menghadirkan efek samping.

Fakta: Vitamin D pantas dikonsumsi
Ketika studi-studi telah mengerosi harapan pada beberapa suplemen vitamin, temuan mengenai satu pil justru semakin baik. Penelitian menunjukkan bahwa vitamin D bisa melindungi dari serangkaian penyakit. Laki-laki dengan kadar vitamin D cukup berisiko 50 persen lebih rendah mengalami serangan jantung dibandingkan lelaki yang kekurangan vitamin D. Selain itu, mendapatkan asupan vitamin D cukup terlihat bisa menurunkan risiko beberapa jenis kanker. Epidemiologist Cedric Garland, MD, dari University of California, San Diego, meyakini, jika warga Amerika bisa memenuhi asupan vitamin D, sekitar 50.000 kasus kanker usus besar bisa dicegah per tahunnya.

Berapa dosis yang tepat? Sebagian besar pakar mengharapkan peningkatan dari dosis sekarang (200 hingga 600 internasional unit/IU per hari). Menurut Adit Ginde, MD, dari University of Colorado, Denver, masih aman mengonsumsi 1.000 IU per hari."Sebagian besar orang memerlukan vitamin D sebanyak ini." (*/OL-08)



Sumber
MediaIndonesia.com

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive