Minggu, 02 Mei 2010

Gigi sensitif bikin ngilu hingga ubun-ubun


Siang hari di Kota Solo, panasnya bukan main. Dalam kondisi begini, makan semangkuk besar es buah dingin pasti menyegarkan. Namun apa nyana, baru menyeruput sesendok es, tiba-tiba gigi terasa ngilu. Acara makan es buah penghilang dahaga kontan batal, emosi pun ikut-ikutan naik.

Maklum saja, rasa ngilu bukannya segera tahu diri lalu beranjak pergi, tetapi malah bisa makin betah menemani sisa hari. Pernahkah Anda mengalami kejadian itu? Kalau iya, mungkin Anda mengalami gigi sensitif.

Istilah gigi sensitif lazim dilontarkan untuk menggambarkan kondisi terbukanya dentin —lapisan kedua gigi— lantaran penipisan atau hilangnya lapisan email yang berada di bagian terluar gigi. Pada kondisi normal, email dapat diibaratkan sebagai garda terdepan perlindungan gigi.

Email mengisolasi bagian dalam gigi, termasuk bagian saraf dan pembuluh darah, dari paparan langsung suhu dingin, panas, hingga sisa makanan. Jika lapisan email menghilang, maka mudah ditebak, gigi pun jadi lebih peka terhadap perubahan suhu.

Paparan suhu dingin atau panas sedikit saja bakal langsung direspon oleh saraf dan diterjemahkan sebagai rasa ngilu oleh otak. “Bukan hanya sensitif terhadap perubahan suhu, pada banyak kasus gigi juga jadi peka terhadap makanan yang asam,” kata drg Koestanto PH MKes, direktur Klinik Gigi dan Mulut Mecadita yang ditemui Espos di ruang praktiknya, awal pekan ini.

Menurut dia, rasa ngilu pada gigi dapat diibaratkan sebagai alarm yang memberitahu bahwa ada sesuatu yang tak beres pada gigi. Kita mungkin sering tak sadar, kebiasaan kecil yang dianggap sepele malah berpotensi mengikis lapisan email, dan akhirnya membuat acara makan jadi kurang nikmat karena harus berkali-kali menahan rasa ngilu.

Penyebab gigi sensitif
Menurut Koestanto, lebih dari 50% kasus gigi sensitif sebenarnya dapat dicegah apabila Anda menggosok gigi dengan cara yang benar. “Rasa ngilu pada gigi bisa diartikan dua, pertama ada lubang pada gigi, dan kedua, terjadi penipisan pada lapisan email,” ungkap Koestanto.

Cara menggosok gigi yang salah, potensial menyebabkan abrasi lapisan email. Lebih dari itu, metode gosok gigi yang salah juga bisa mengakibatkan kerusakan pada gusi. Penopang gigi ini juga punya fungsi melindungi saraf di bagian bawah gigi. Bila gusi tersingkap akibat metode gosok gigi yang terlalu kasar, bagian saraf tak lagi terlindung dan mudah terpapar suhu dan sisa makanan. Alhasil, rasa ngilu kembali menyergap.

Kerusakan email juga bisa terjadi karena proses pengunyahan. Kalangan medis menyebutnya atrisi. Hal ini biasanya dialami oleh orang-orang berusia diatas 40 tahun. Maklumlah, setelah digunakan untuk mengolah makanan sekian lama, lapisan email menipis secara alami.

Tetapi belakangan ini, banyak pula pasien usia muda yang mengalami gigi sensitif, karena kebiasaan makan hidangan tertentu seperti makanan yang mengandung asam tinggi atau makanan yang keras. “Makanan yang asam seperti mengakibatkan demineralisasi (proses pelarutan mineral-red) pada lapisan email,” timpal dia.

Kebiasaan lainnya yang berpotensi mempertipis lapisan email adalah kebiasaan menggertakkan gigi saat sedang marah, tegang atau tidur. Bagi sebagian orang, kebiasaan ini mungkin dianggap remeh. Tapi bila dibiarkan, kebiasaan menggertakan gigi membuat lapisan teratas gigi saling bergesek. Akibatnya bisa ditebak, lapisan email pada bagian teratas gigi pun jadi tipis.

Selain itu, keluhan gigi sensitif juga kerap melanda pasien dengan riwayat patah gigi. “Makanya, gigi yang patah harus segera ditangani agar tak menimbulkan rasa ngilu di kemudian hari,” saran Koestanto lagi.

Solopos

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive