Senin, 28 Juni 2010

Hepatitis C, Bolehkah Punya Anak?


Suami teman saya mengidap penyakit hepatitis C dan HIV. Rupanya sewaktu sekolah dulu suaminya pernah menggunakan narkoba suntikan. Meski hanya setahun, ternyata suaminya tersebut sudah tertular. Sekarang berkat perjuangan yang cukup berat, suaminya sudah bersih bahkan dapat kuliah kembali dan lulus. Saya mengenal suaminya dan dia merupakan pria yang menarik, ramah, dan suka menolong. Saya agak heran juga pria sebaik itu dapat terjerumus ke dunia narkoba.

Suami teman saya menjaga agar teman saya tak tertular. Oleh karena itu, mereka selalu memakai pengaman jika berhubungan seks. Setelah setahun kawin, mereka sudah berniat mempunyai keturunan. Sudah tentu timbul masalah besar karena teman saya tak ingin tertular. Apalagi sejak diketahui positif HIV dan hepatitis C, sejak tiga tahun lalu suaminya belum pernah berobat karena merasa kesehatannya baik saja.

Apakah ada cara medis agar sahabat saya dapat punya anak tanpa tertular? Bagaimana kemajuan terapi AIDS sampai sekarang ini? Apakah suami teman saya sudah harus mendapatkan terapi meski tidak ada keluhan?

Saya sendiri sekarang agak khawatir dalam mencari suami, apakah calon suami harus tes HIV sebelum menikah? Terima kasih atas informasi dokter.

N di J Penggunaan narkoba suntikan biasanya dilakukan dengan menggunakan jarum bersama. Penggunaan jarum bersama ini dapat menularkan berbagai penyakit, di antaranya hepatitis C dan HIV.

Masa remaja merupakan masa pancaroba. Pada umumnya remaja punya rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Pengaruh teman sebaya juga amat kuat. Karena itu, memang tak jarang remaja yang menggunakan narkoba termasuk sebenarnya remaja yang baik-baik. Banyak remaja yang tak mampu menolak ajakan teman meski sebenarnya dia tak mau menggunakan narkoba.

Kebiasaan menggunakan narkoba tersebut dapat menyebabkan penularan hepatitis C ataupun HIV. Sudah tentu yang penting sekarang adalah melihat ke depan bagaimana sahabat Anda dan suaminya dapat hidup produktif, mempunyai keluarga yang bahagia. Tingginya kemungkinan tertular hepatitis C dan HIV di kalangan pengguna narkoba suntikan hendaknya mendorong mereka yang pernah menggunakan narkoba suntikan untuk melakukan tes hepatitis C dan HIV.

Tes HIV

Sudah tentu kebiasaan melakukan hubungan seks tak aman juga menularkan HIV. Karena itu, jika ada risiko perilaku tersebut, hendaknya juga memeriksakan diri. Tes HIV sekarang sudah tersebar di mana-mana dan dapat dilakukan dengan cara sederhana. Para petugas kesehatan sekarang berusaha mendorong pasien untuk melakukan tes HIV.

Menurut pedoman WHO yang baru, penggunaan obat HIV yang disebut Antiretroviral (ARV) hendaknya dimulai lebih dini. Namun sayangnya, kebanyakan pasien yang berobat ke rumah sakit sudah dalam stadium yang lanjut, sudah timbul infeksi oportunistik yang dapat mengancam nyawa.

Jadi, jika infeksi HIV dapat didiagnosis lebih dini sebelum ada infeksi oportunistik, keberhasilan terapi jauh lebih tinggi. Karena itu, suami teman Anda amat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter dan dapat dipertimbangkan apakah sudah waktunya untuk menggunakan obat ARV. Obat ini amat bermanfaat. Jika diminum secara teratur, jumlah virus di darah dalam waktu enam bulan dapat menjadi tak terdeteksi, kekebalan tubuh yang diukur dengan CD4 akan meningkat, secara klinis terjadi perbaikan nyata biasanya yang bersangkutan akan bertambah berat badannya.

Jika seseorang terinfeksi HIV, jumlah virusnya banyak, kemungkinan dia menularkan kepada orang lain akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang dalam keadaan virus tak terdeteksi. Karena itulah, terapi ARV sekaligus juga bersifat pencegahan penularan. Penularan HIV dari suami ke istri karena dalam cairan sperma suami terdapat sel limfosit yang mengandung HIV. Jika suami meminum ARV dan viral load-nya dalam darah tak terdeteksi, biasanya jika dilakukan pemeriksaan viral load pada sperma hasilnya juga tak terdeteksi atau hanya sedikit.

Pencucian sperma

Seperti dikemukakan, jika jumlah HIV sedikit, risiko penularan juga kecil. Namun untuk meningkatkan keamanan dapat dilakukan pencucian sperma sehingga risiko penularan dapat lebih kecil lagi. Sperma yang telah dicuci dimasukkan ke rahim istri dengan cara inseminasi.

Setiap orang memang harus menjaga diri agar tetap sehat dan terhindar dari penularan penyakit. Keluarga yang sehat harus dimulai dari calon suami dan istri yang sehat. Memang ada negara yang mewajibkan calon pengantin untuk tes HIV. Namun, kewajiban ini juga ada kekurangannya karena nantinya yang diutamakan adalah surat keterangan bebas HIV dan bukan kesehatan secara keseluruhan. Bahkan, ada juga calon pengantin perempuan yang seharusnya menjalani vaksinasi tetanus hanya mencari surat keterangan telah menjalani vaksinasi tetanus tetapi tak mau divaksin tetanus.

Padahal, tujuan peraturan ini adalah untuk melindungi perempuan dari risiko tetanus, terutama pada masa melahirkan nanti. Jadi, meski tak ada peraturan, amat dianjurkan bagi calon pengantin untuk menjalani pemeriksaan penyakit menular seksual, termasuk HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis, karena sifilis sekarang sudah meningkat kembali.

Jangan lupa juga periksa kemungkinan terkena talasemia agar anak yang dilahirkan nanti tak terkena talasemia. Mari kita tingkatkan kesehatan kita dan kita jaga agar generasi baru Indonesia menjadi lebih sehat, produktif, dan mencintai negara kita.

Dr Samsuridjal Djauzi



Sumber
Kompas

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive