Sabtu, 05 Juni 2010
Bayi kena tifus?
Bayi bisa kena tifus? Anda pasti akan geleng-geleng kepala, bukankah penyakit ini lebih sering dialami anak atau dewasa yang sudah mengonsumsi jajanan dari luar yang tidak terjamin kebersihannya?
Pendapat itu tidaklah keliru. Meski begitu, bukan berarti bayi bebas dari serangannya. Tifus merupakan penyakit infeksi yang selalu ada di masyarakat (endemik) mulai dari bayi hingga dewasa. Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi. Kuman ini memang gampang menyebar, apalagi di tanah air yang kondisi sanitasinya buruk.
Penularan tifus umumnya terjadi lewat makanan yang kurang bersih. Pada bayi ASI, ketika usianya 6 bulan ke atas, karena sudah mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI), bila kebersihannya saat pengolahan, penyajian, maupun pemberian kurang diperhatikan, maka si kecil beresiko terserang tifus.
Selain dari makanan yang tercemar, penularan tifus ke bayi juga bisa terjadi lewat orang dewasa sehat yang membawa kuman tifus (healthy carrier). Pembawa kuman tifus ini umumnya pernah sakit tifus tetapi tidak menjalani pengobatan dengan tuntas.
Gejala bervariasi
Berbeda dari orang dewasa, tifus pada bayi sulit terdeteksi. Walhasil, penegakan diagnosis tifus pun tidaklah mudah. Umumnya bayi hanya menangis atau rewel bila mengalami ketidaknyamanan.
Tak mudah menentukan gejala secara spesifik, apalagi kalau demamnya hanya 1-2 hari. Hanya saja, ibu perlu mencurigai serangan tifus bila :
- Bayi mengalami demam yang turun naik dalam waktu lama (lebih dari 5 hari) dengan pola demam naik turun, naik di sore atau malam hari, lalu biasanya menurun di pagi hingga siang hari.
- Mengalami gangguan buang air besar, bisa berupa diare atau bahkan sulit BAB. Ini terjadi lantaran kuman yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan sehingga terjadi diaere.
- Mengalami “lidah kotor” atau lidah tampak memutih dengan ujung dan tepi kemerahan.
- Mengalami mual dan muntah. Penyebabnya, si kuman berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi pembengkakan yang menekan lambung dan timbullah rasa mual.
Selain melihat gejala, untuk menegakkan diagnosis tifus yang akurat, dokter boleh jadi akan melakukan berabgai pemeriksaan. Salah satunya tes widal. Tes ini juga bisa mendeteksi penyakit paratifus, sebuah penyakit dengan gejala mirip tifus tetapi lebih ringan.
Pengobatan
Pengobatan tifus pada bayi tidak jauh berbeda dari pengobatan pada anak atau orang dewasa. Pengobatan dilakukan untuk meniadakan invasi kuman dan mempercepat pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit, serta mempercepat penyembuhan.
Dokter pun memilih antibiotik yang tap untuk bayi. Selain itu, bayi juga dianjurkan makan dan minum dengan kandungan nutrisi dan porsi yang cukup. Masak hingga bahan makanan lunak. Pilih bahan yang tidak menimbulkan banyak gas.
Sumber
Solopos.com
Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Pendapat itu tidaklah keliru. Meski begitu, bukan berarti bayi bebas dari serangannya. Tifus merupakan penyakit infeksi yang selalu ada di masyarakat (endemik) mulai dari bayi hingga dewasa. Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi. Kuman ini memang gampang menyebar, apalagi di tanah air yang kondisi sanitasinya buruk.
Penularan tifus umumnya terjadi lewat makanan yang kurang bersih. Pada bayi ASI, ketika usianya 6 bulan ke atas, karena sudah mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI), bila kebersihannya saat pengolahan, penyajian, maupun pemberian kurang diperhatikan, maka si kecil beresiko terserang tifus.
Selain dari makanan yang tercemar, penularan tifus ke bayi juga bisa terjadi lewat orang dewasa sehat yang membawa kuman tifus (healthy carrier). Pembawa kuman tifus ini umumnya pernah sakit tifus tetapi tidak menjalani pengobatan dengan tuntas.
Gejala bervariasi
Berbeda dari orang dewasa, tifus pada bayi sulit terdeteksi. Walhasil, penegakan diagnosis tifus pun tidaklah mudah. Umumnya bayi hanya menangis atau rewel bila mengalami ketidaknyamanan.
Tak mudah menentukan gejala secara spesifik, apalagi kalau demamnya hanya 1-2 hari. Hanya saja, ibu perlu mencurigai serangan tifus bila :
- Bayi mengalami demam yang turun naik dalam waktu lama (lebih dari 5 hari) dengan pola demam naik turun, naik di sore atau malam hari, lalu biasanya menurun di pagi hingga siang hari.
- Mengalami gangguan buang air besar, bisa berupa diare atau bahkan sulit BAB. Ini terjadi lantaran kuman yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan sehingga terjadi diaere.
- Mengalami “lidah kotor” atau lidah tampak memutih dengan ujung dan tepi kemerahan.
- Mengalami mual dan muntah. Penyebabnya, si kuman berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi pembengkakan yang menekan lambung dan timbullah rasa mual.
Selain melihat gejala, untuk menegakkan diagnosis tifus yang akurat, dokter boleh jadi akan melakukan berabgai pemeriksaan. Salah satunya tes widal. Tes ini juga bisa mendeteksi penyakit paratifus, sebuah penyakit dengan gejala mirip tifus tetapi lebih ringan.
Pengobatan
Pengobatan tifus pada bayi tidak jauh berbeda dari pengobatan pada anak atau orang dewasa. Pengobatan dilakukan untuk meniadakan invasi kuman dan mempercepat pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit, serta mempercepat penyembuhan.
Dokter pun memilih antibiotik yang tap untuk bayi. Selain itu, bayi juga dianjurkan makan dan minum dengan kandungan nutrisi dan porsi yang cukup. Masak hingga bahan makanan lunak. Pilih bahan yang tidak menimbulkan banyak gas.
Sumber
Solopos.com
Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Artikel Yang Berhubungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lijit Search Wijit
Blog Archive
-
▼
2010
(1196)
-
▼
Juni
(353)
- Sembilan Makanan Pembuat Tidur Pulas
- Snack Sehat Perjalanan Mudik
- Batasi Makanan dan Tetap Sehat Saat Puasa
- Puasa Kuras Sistem Pencernaan
- Pare, Buah Pahit Banyak Manfaat
- Pare Bantu Turunkan Gula Darah
- Jus Jeruk Kikis Email Gigi
- Menggosok Gigi Hindarkan Sakit Jantung dan Stroke
- Biasakan Gosok Gigi sejak Dini
- Banyak Anak Gigi Tanggal
- Orang Gemuk Punyai Lubang Gigi Lebih Banyak
- Makin Berat di Usia 50 Gandakan Risiko Diabetes
- Aborsi Akibatkan Kanker Payudara
- Botox Picu Kerutan Ekstra
- Botox Lumpuhkan Ekspresi Emosi
- Jari-jari Kecil Tanda Indera Peraba Kuat
- Indera Peraba Pengaruhi Pikiran
- Nonton Televisi Perbesar Risiko Jantung
- Cinta Jauhkan Remaja jadi Pemabuk
- Diabetes Gandakan Risiko Serangan Jantung
- Jaringan Otak Pengaruhi Kepribadian
- Diabetes Turunkan Daya Otak
- Rahasia Otak Perempuan
- Melatih Otak Dengan Jelajah Internet
- Otak tidak Bergantung pada Penglihatan?
- Sistem Tubuh Perempuan Berisiko Serang Sprema
- Simetri Tubuh Gambarkan Tingkat Kecerdasan
- Pegang Ponsel Terlalu Lama Picu Stres Saraf
- Stres Picu Psoriasis
- Jengkel Picu Serangan Jantung
- Pasangan Picu Stres Lebih Besar Ketimbang Atasan
- Mimpi Buruk? Temukan Alasannya
- Mimpi Buruk Berpengaruh pada Kesehatan
- Kenali Jenis Kolesterol yang Anda Konsumsi
- Lima Makanan Penurun Kolesterol Jahat
- Serat Larut Oatmeal Turunkan Kolesterol
- Diet Rendah Kolesterol
- Pilihan Makanan Rendah Kolesterol
- Mata Malas - Gangguan Pada Mata si Kecil
- Bagi Yang Suka Ciuman Wajib Baca: Infeksi Akibat B...
- Daftar Tulang-tulang yang Penting untuk Tubuh
- Mengapa Siklus Menstruasi Tidak Teratur?
- Insomnia Sebabkan Kematian?
- Terapi Gelombang Kejut Atasi Impotensi
- Cara Tepat Memakai Sunblock
- Hobi Mengunyah Es Tanda Anemia?
- Hepatitis C, Bolehkah Punya Anak?
- Olahraga Sebagai Obat Depresi
- Pria Tak Setia Saat Pasangannya Sakit?
- Bercinta Tiap Hari, Normalkah?
- Bedah Jantung Barnard
- Terapi Sel Punca Kembalikan Penglihatan
- RS Publik, Tugas Mulia, Beban Segunung
- Menjamin Akses Pelayanan Kesehatan Warga
- Enam Anak Balita Kecanduan Rokok
- Warna Mobil Rentan Kecelakaan
- Efek Dahsyat Sentuhan
- Kikis Lemak di Perut dengan Avokad
- Kemesraan Luntur Akibat Mendengkur
- Minyak Goreng Rendah Lemak Dari Limbah Ikan
- Benarkah Pria Lebih Pilih Gadget dari Wanita
- Rp 550 Miliar untuk Penanganan Penyakit
- Mimisan Tak Hanya pada Anak
- Mimisan tak Selalu Ringan
- Aroma Ini Bisa Bikin Langsing
- Olahraga Lawan Kecanduan Alkohol
- Salah Pilih Tambalan Gigi Bikin Alergi
- Mengatasi Gigi Berlubang
- Sebaiknya Periksa Gigi Tiap Enam Bulan
- Kimia Plastik Sebabkan Gangguan Haid
- Cantik dengan Riasan Natural
- Kuku Sehat, Kuku Kuat
- Apakah Kekasih Anda Sudah 'Dewasa'
- Empat Hal Paling Diidam-idamkan Wanita
- Serangga, Camilan Favorit Salma Hayek
- Dua Kali Gagal Menikah, Apa yang Salah?
- Benarkah Pasangan Egois Lebih 'Hot' Bercinta
- Ruangan Padat, Pekerja Sakit
- Kuman yang Resistan Terus Bertambah
- Mengapa Wanita Lebih Sensitif pada Stres
- 'Global Warming' Perparah Penyakit Infeksi
- Koreksi Postur Bebaskan Nyeri
- Supel, Buat Diri Makin Menarik
- Bayi Caesar Rentan Alergi
- Hindari Ngemil Saat Nonton Piala Dunia
- Seberapa Perlu Foreplay
- Telepon Genggam Pemeriksa Kesehatan
- Sok Paling Kuasa Vs Realitas
- Penyakit Menular Seksual Meningkat?
- Gejala 'Menopause' pada Pria
- Mata Menggoda di Balik Kacamata
- Sehat dengan Makanan Organik
- Ciuman Ibu Lindungi Bayi dari Infeksi
- Yang 'Haram' Dipikirkan Saat Bercinta
- Teh dan Kopi Kurangi Resiko Penyakit Jantung
- Jangan 'Menabung' Stres
- Hidup Penuh Tawa Bikin Awet Muda
- Evaluasi Lensa Kontak Tiap 6 Bulan
- Perawat Tak Kalah dengan Dokter
- Berapa Lama Wanita Berdandan
-
▼
Juni
(353)
0 komentar:
Posting Komentar