Selasa, 15 Juni 2010

Gangguan Pembuluh Picu Disfungsi Ereksi


KEHARMONISAN pasangan suami istri tak semata terpenuhi keinginan materi. Hubungan biologis pun menjadi penentu keharmonisan. Salah satu gangguan biologis yang kerap memicu ketidakharmonisan adalah disfungsi ereksi.

Munculnya disfungsi ereksi (DE) pada seorang suami kerap menjadi masalah dalam rumah tangga. Hubungan suami istri tak lagi semesra dan seharmonis sebelumnya. Sebenarnya pasangan suami istri tak perlu panik. Yang terpenting mengetahui sebab suami mengalami disfungsi ereksi.

Disfungsi ereksi mulai muncul pada seorang pria saat hormon testoteron berkurang. Biasanya berkurangannya hormon tersebut bersamaan dengan bertambahnya usia.

"Disfungsi ereksi tidak hanya disebabkan kekurangan hormon testosteron, tetapi juga masalah kesehatan lainnya seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, obesitas, serta depresi," kata dr Santoso Karo-Karo SpJP (K) MPH pada seminar yang bertema Waspadai penyakit kardiovaskular yang mengakibatkan disfungsi ereksi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Data medis, kata Santoso, menunjukkan sebanyak 64% pria yang menderita disfungsi ereksi memiliki satu atau lebih kondisi. "Kondisi itu di antaranya hipertensi, sakit jantung kronis, kadar kolesterol tinggi, diabetes, dan depresi," ujarnya.

Kenapa pada penderita hipertensi tidak bisa mengalami ereksi? Santoso menjelaskan pada penderita hipertensi, pembuluh darah mengalami penebalan yang menyebabkan aliran darah terhambat. Padahal, agar bisa ereksi, tubuh memerlukan aliran darah yang lancar.

Tekanan darah dan kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Termasuk pula, penyempitan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke penis dan menimbulkan disfungsi tersebut. "Disfungsi ereksi bisa merupakan manifestasi awal dari pengerasan dan pengecilan pembuluh darah (atherosklerosis)," katanya.

Tekanan darah dan kolesterol tinggi berpengaruh pada terjadinya disfungsi ereksi. Santoso mengingatkan pula gaya hidup seperti kebiasaan merokok juga harus ditinggalkan. Pasalnya merokok dapat menyebabkan penimbunan deposit lemak pada arteri sehingga mengganggu aliran darah.

Biasanya bila terjadi pengerasan pada pembuluh darah, dokter akan menguranginya dengan menggunakan acetyl salicylic acid. Tujuannya tak lain agar mencegah penyumbatan pembuluh darah pada arteri.

Diabetes melitus tak berbeda dengan hipertensi. Diabetes dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Kadar gula yang tidak terkontrol dalam waktu lama juga dapat memperbesar risiko itu. Bahkan penderita diabetes jauh lebih cepat mengalami disfungsi ereksi jika dibandingkan dengan penyakit lain.

Hal senada diungkapkan dr Nugroho Setiawan MS SpAnd dari Rumah Sakit Fatmawati. Dia mengatakan dalam kasus diabetes yang tidak terkendali dalam waktu lama, sebanyak 50% penderitanya mengalami penurunan testosteron. "Sebanyak 30% penderita mengalami disfungsi ereksi," jelasnya.

Oleh karena itu, Nugroho mengingatkan agar gejala-gejala diabetes harus segera ditangani sejak awal. Hal itu sangat berguna untuk menghindari kemungkinan terjadinya disfungsi ereksi tahap awal. "Bila penyakit disfungsi ereksi akibat kekurangan hormon testoteron bisa diatasi dengan terapi testoteron," katanya.

Dalam penanganan disfungsi ereksi, menurut Nugroho, jangan sembarangan dilakukan. Penanganannya harus sesuai dengan penyebab. Penderita disfungsi ereksi juga disarankan tidak semata mencari pengobatan agar bisa ereksi lebih cepat dan lama.


Sumber
MediaIndonesia.com

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

LABELS

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Lijit Search Wijit

Blog Archive